https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Eropa Terlalu Bertingkah, Padahal Butuh

Eropa Terlalu Bertingkah, Padahal Butuh

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, saat menjadi pembicara webinar (tangkapan layar)


Medan, Elaeis.co - Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, sudah tak bisa menahan rasa jengkelnya terhadap Eropa. Banyak negara di benua biru itu kerap menjelek-jelekan sawit. Tak cuma menggunakan isu lingkungan, sawit juga dikait-kaitkan dengan gizi, kesehatan, HAM, bahkan isu ketenagakerjaan.

Saking geramnya, Sahat bahkan berandai-andai menghapus Eropa dari daftar tujuan ekspor sawit Indonesia.

“Stop saja ekspor sawit ke seluruh negara-negara di Eropa, itu kalau saya punya kekuasaan. Mereka sebenarnya butuh sawit kita, tapi terlalu bertingkah,” katanya saat menjadi pembicara pada webinar yang digelar oleh Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan Himpunan Mahasiswa Pertanian Universitas Diponegoro, Sabtu (24/7).

Yang bikin tak habis pikir, yang mengenalkan sawit ke Indonesia justru orang-orang dari Eropa terutama Inggris dan Belanda. Saat revolusi industri di Inggris berkembang, minyak sawit sangat dibutuhkan untuk menggantikan minyak hewan yang pasokannya terbatas dan mahal.

Karena susah mendapatkan minyak sawit yang diproduksi Inggris, pemerintah Belanda lantas memerintahkan para ahli mereka untuk membawa dan mengembangkan tanaman sawit ke salah satu koloninya, Indonesia.

“Tapi kini setelah sawit berkembang sangat pesat di Indonesia dan negara lain seperti Malaysia, Eropa lantas bikin isu yang aneh-aneh terhadap sawit,” ucapnya.

Tapi karena sekarang zamannya diplomasi, Sahat menyadari membela sawit sekaligus melawan Eropa tidak boleh dilakukan secara emosional. “Harus rasional, pakai data, pakai pikiran. Jangan pakai rasa kalau melawan mereka,” ujarnya.

Mengedepankan data dan fakta, katanya, juga akan membuka mata pihak lain di luar Eropa dan menyadari betapa pentingnya sawit bagi kehidupan manusia. “Begitu banyak kekayaan dan manfaat yang bisa diperoleh dari tanaman sawit,” tukasnya.

Agar pemahaman tentang kelapa sawit paripurna, Sahat menyarankan masyarakat, termasuk para mahasiswa Universitas Diponegoro, membaca buku karya Direktur Eksekutif PASPI, Dr Ir Tungkot Sipayung, yang berjudul ‘Sawit, Mitos dan Fakta’.

“Membela sawit, harus. Sawit memiliki nilai tambah yang optimal untuk pengembangan pangan dan kesehatan,” tandasnya.

Komentar Via Facebook :