https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Fantastis! Pemegang RSPO Sudah Nikmati Insentif Rp 29 Miliar

Fantastis! Pemegang RSPO Sudah Nikmati Insentif Rp 29 Miliar

Senior Manager Global Community Dutreach dan Engagement RSPO, Imam A Elmarzuq, berbicara di webinar bertema "Habis Sertifikasi Terbitlah Keberlanjutan". Foto: tangkapan layar


Jakarta, elaeis.co - Dijalankan sejak tahun 2012, sudah ratusan ribu petani kelapa sawit swadaya maupun kemitraan di Indonesia mengantongi sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Sertifikasi ini menjadi bukti komitmen pekebun menjalankan praktik berkebun sawit keberlanjutan. 

Senior Manager Global Community Dutreach dan Engagement RSPO, Imam A Elmarzuq SHut MBA, mengatakan, jumlah kelompok petani swadaya bersertifikasi internasional RSPO di Indonesia menduduki posisi kedua sesudah Thailand. 

"Saat ini kurang lebih ada 170 ribu pekebun yang mengantongi RSPO yang mengelola lahan seluas 473,407 hektare. Angka ini merupakan gabungan petani swadaya dan kemitraan," katanya dalam webinar bertajuk "Habis Sertifikasi Terbitlah Keberlanjutan" yang digelar Widya Erti Indonesia (WEI) baru-baru ini.

"Untuk petani sawit swadaya yang telah mengantongi sertifikasi RSPO, jumlahnya 40 kelompok dengan luasan lahan perkebunan mencapai 80 ribu hektare," tambahnya. 

Menurutnya, manfaat yang dirasakan petani RSPO, selain harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dibeli lebih mahal oleh perusahaan, juga menerima benefit berupa insentif dari pasar Eropa sebagai apresiasi atas praktik berkebun sawit berkelanjutan. 

"Sejak tahun 2013 sampai 2021 total insentif yang diterima keseluruhan petani RSPO mencapai Rp 29 miliar. Duit itu menjadi pendapatan tambahan di luar hasil penjualan TBS," ungkapnya. 

Menurutnya, dana insentif bisa dipergunakan sesuai kesepakatan petani dengan pengurus kelembagaan. "Kebanyakan digunakan oleh pekebun untuk kepedulian lingkungan dan kegiatan sosial seperti berangkat umroh dan lainnya," sebutnya.

Dia menambahkan, industri sawit akan terus mengalami pertumbuhan karena kebutuhan minyak nabati global terus mengalami peningkatan. Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit naik menempati posisi teratas mulai dari pertumbuhan, luasan dan volume. Pada tahun 2050 ditaksir volume produksi minyak sawit bisa mencapai 300 metrik ton.

"Jumlah itu hampir dua kali lipat produksi saat ini. Siapa yang mengkonsumsi? Tentunya manusia. Minyak sawit memiliki sifat serba guna, bisa dipakai oleh berbagai industri, tidak hanya makanan tapi juga barang pelengkap kehidupan manusia lainnya," pungkasnya.
 

Komentar Via Facebook :