https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Fase Baru Petani Sawit

Fase Baru Petani Sawit

Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung bersama Dirut PT. RPN menunjukkan MoU yang sudah ditandatangani. Foto: Ist


Jakarta, Elaeis.co - Pertemuan antara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) dengan PT. Riset Perkebunan Nasional (RPN) di kawasan Jakarta Selatan, Senin (27/5) itu benar-benar membawa angin segar bagi petani kelapa sawit Indonesia. 

Sebab lewat pertemuan yang dibungkus dengan meneken kesepahaman untuk lima tahun ke depan itu, akses petani sawit untuk banyak hal bakal terbuka lebar. 

Mulai dari soal penyediaan hasil-hasil komoditas perkebunan yang berkaitan dengan benih dan bibit unggul kelapa sawit, pelayanan teknis budidaya tanaman, pemupukan, pemberantasan dan pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen, peningkatan SDM pekebun, pekerjaan fisik kebun hingga sharing informasi media/jurnal bakal bisa diakses petani melalui pengiriman jurnal hasil penelitian ke kantor DPP Apkasindo.

Belum lagi urusan pemasaran hasil-hasil penelitian komoditas perkebunan yang berkaitan dengan benih unggul kelapa sawit, sarana pertanian dan kerjasama pembangunan penangkaran bibit di wilayah yang potensial. 

Sebab selama ini, semua memang ada di perusahaan pelat merah itu. Hanya saja, belum banyak orang tahu, apalagi petani sangat minim pengetahuannya akan peran dan fungsi RPN ini. Inilah yang kemudian diincar oleh Apkasindo demi memajukan petani sawit Indonesia. 

"Dari sembilan kali bertemu pada ragam momen, kami menyimpulkan bahwa PT. RPN sudah musti terlibat langsung dalam percepatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Program PSR ini adalah Program Strategis Presiden, karena sangat berhubungan dengan hajat hidup 12 juta Kepala Keluarga Petani Sawit, jadi semua lini harus bahu membahu mensukseskannya. Dan yang membikin kami kaget, saat Gubernur Riau minta dibikinkan 1.000 hektar demo plot. Padahal biasanya untuk yang beginiankan paling luas 100 hektar," kata Direktur Utama PT. RPN, Dr.Teguh Wahyudi sebelum acara penandatanganan kesepahaman itu Senin (27/5). 

Selama ini kata Teguh, RPN fokus soal pengabdian," Sekarang kita coba ikut bisnis. Kerjasama dengan Apkasindo, berarti RPN menggabungkan antara pengabdian dan bisnis," tambahnya.

Teguh mengakui, RPN ketemu dengan Apkasindo, cocok. "Kita gabungkan bisnis dan pengabdian. Jujur, 100 persen pendanaan RPN cari sendiri, makanya unsur bisnis makin penting. Tapi lagi-lagi harus ada pengabdiannya, tinggal seperti apa kita memainkan peran itu," ujarnya. 

Bagi Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung, menelusuri keberadaan perusahaan sekelas RPN hingga kemudian bisa menjalin kerja sama, bukan perkara mudah. 

"Semula kami sebagai petani kelapa sawit ragu apakah RPN akan mau bermitra dengan Apkasindo, biasanyakan sulit untuk menjalin kerjasama dengan Perusahaan Besar. Tapi semua keraguan itu sirna begitu RPN mau mengulurkan tangannya membantu Petani Sawit Indonesia. Memang selama ini Apkasindo sudah bermitra dengan PPKS Medan dalam banyak hal tentang seluk beluk sawit dan selama ini berlangsung dengan baik, tapi kami melihat lebih jauh ke depan, apalagi RPN merupakan holding (induk) dari Pusat-Pusat Penelitian tanaman Perkebunan seperti misalnya PPKS Medan. Jalinan kerjasama ini akan lebih memperluas wawasan petani sawit, khususnya ketersediaan Bibit sawit dan konsep perkebunan kelapa sawit berkelanjutan" ujar Gulat yakin. 

Pusat Penelitian dan Lembaga sejenisnya akan salah besar jika masih memandang petani sawit seperti 10 tahun yang lalu, petani sawit saat ini kata Gulat cukup gesit dan millenial dalam mengejar ketertinggalan dari perusahaan-perusahaan sawit, apalagi 42 persen sawit dikelola oleh Petani. 

"Keberhasilan industri sawit, indikatornya adalah sejahteranya Petani Sawit, jika hanya perusahaan yang sukses, berarti ada yang salah dalam sistem perkebunan sawit Indonesia," ujar Gulat.

Tak butuh waktu lama kabar soal RPN tadi langsung mendapat respon yang luar biasa dari para petani. Mulai dari petani yang ada di Bengkulu, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Selatan, Riau dan daerah lain, sangat respon dan sangat menunggu tindaklanjut dari MoU ini.

"Dan ke depan kami akan fokus meningkatkan produktifitas tanpa harus memperluas lahan atau dengan istilah intensifikasi, karena memang roh dari replanting itu adalah intensifikasi," ujar Gulat optimis. 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :