Berita / Sumatera /
Februari Jadi Bulan yang Cukup Berat Bagi Petani
Medan, elaeis.co - Februari menjadi bulan yang cukup berat bagi para petani, termasuk di subsektor perkebunan sawit. Hal ini merujuk pada penurunan nilai tukar petani (NTP) Sumut pada bulan Februari.
"Kami mencatat NTP Sumut pada Februari ini turun 0,72 persen dari 126,75 pada bulan Januari menjadi 125,83 pada Februari," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, kata Kepala BPS Sumut, Nurul Hasanudin MStat, dalam paparannya secara daring yang diikuti elaeis.co, Selasa (1/3/2022).
Pihaknya mencatat hal ini terjadi karena seluruh subsektor pertanian yang menjadi penopang persentase NTP mengalami penurunan secara serentak.
Seluruh subsektor itu yakni NTP subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,62 persen, hortikultura turun 0,19 persen, tanaman perkebunan rakyat turun 0,72 persen, peternakan turun 1,55 persen, dan perikanan turun 0,57 persen.
Selain itu, dari sisi penerimaan petani atau indeks terima (It) di seluruh subsektor pertanian juga mengalami penurunan. Ini tercermin dari fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani.
Kata Hasanudin, pada Februari It Sumut turun 0,18 persen dibandingkan dengan It Januari yaitu dari 137,41 menjadi 137,16. Dari lima subsektor, empat mengalami penurunan dan hanya satu yang naik.
Keempat subsektor itu adalah It subsektor tanaman pangan turun 0,08 persen, It tanaman perkebunan rakyat turun 0,10 persen, It peternakan turun 1,23 persen, dan It perikanan turun 0,21 persen.
"Sementara It subsektor hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen," sebutnya.
Kemudian, dari sisi pengeluaran atau indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib) terlihat ada fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan khususnya para petani.
Juga terjadi fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian seperti kenaikan harga pupuk dan alat dan mesin pertanian (alsintan) lainnya.
BPS Sumut mencatat, Ib pada Februari mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen dibandingkan dengan Ib Januari, yaitu dari 108,41 menjadi 109,00. "Nah, kenaikan Ib ini terjadi pada semua subsektor pertanian," kata dia.
Pada Ib tanaman pangan naik sebesar 0,54 persen, Ib hortikultura naik 0,51 persen, Ib tanaman perkebunan rakyat naik 0,63 persen, Ib peternakan naik 0,33 persen, dan Ib perikanan naik sebesar 0,36 persen.
Di saat yang sama pihaknya pun mencatat terjadi inflasi di tingkat perdesaan sebesar 0,55 persen. Penurunan yang sama juga terjadi pada nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) sebesar 124,84.
"Atau turun sebesar 0,75 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya," kata Nurul Hasanudin. Artinya, biaya hidup di tingkat rumah tangga para petani juga mengalami peningkatan.
Komentar Via Facebook :