Berita / Sumatera /
Gapki Minta Hilirisasi Kelapa Sawit di Daerah ini Ditingkatkan
Bengkulu, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Bengkulu berharap hilirisasi produk kelapa sawit di daerah itu terus didorong untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani. Ke depan, diharapkan Bengkulu tak lagi hanya menyediakan bahan mentah untuk industri, tetapi sudah dalam bentuk olahan atau produk jadi.
Ketua Gapki Cabang Bengkulu, John Irwansyah Siregar mengatakan, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan dengan tujuan untuk mendorong hilirisasi sawit agar memberikan value edit atau nilai tambah. Langkah ini tentunya sejalan dengan upaya untuk meningkatkan keberlanjutan usaha perkebunan sawit.
"Kita harus dukung hal tersebut agar usaha perkebunan sawit di Bengkulu bisa semakin maju dan produktivitasnya meningkat," kata John, Sabtu (6/8).
Menurutnya, sawit merupakan komoditas yang paling produktif dan menyumbang kurang lebih 45% kebutuhan minyak nabati dunia. Seiring dengan permintaan yang terus meningkat, rata-rata sebesar 8,5 juta ton per tahun, maka pemerintah menargetkan produksi minyak nabati sebanyak 50 juta ton pada 2025.
Dia berharap Bengkulu memanfaatkan peluang itu dengan melakukan berbagai upaya dalam peningkatan produksi minyak nabati di daerah. "Saya pikir Bengkulu juga harus ambil bagian, seperti mendirikan pabrik minyak nabati sendiri," usulnya.
Selain itu, John mengaku, produksi minyak nabati di daerah bisa meningkat dengan meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat. Pemerintah sendiri juga terus mendorong pelaksanaan Program Peremajaan sawit Rakyat (PSR) yang telah dimulai sejak 2016 untuk mendongkrat produktivitas kebun petani swadaya maupun plasma.
“Dengan meningkatkan produktivitas kebun sawit, maka akan meningkatkan pasokan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil-CPO) yang lebih besar yang bisa dipakai baik oleh industri makanan maupun energi,” katanya.
"Peningkatan produksi CPO besar sekali manfaatnya, diantaranya dapat meningkatkan pasokan untuk industri pangan dan energi melalui program Mandatory Biodiesel atau B30," tambahnya.
Dia menilai penyelesaian persoalan di sisi hulu tidak kalah penting dibanding hilirisasi sawit.
“Produktivitas kebun petani masih lebih rendah dibandingkan dengan kebun perusahaan.
Jika produktivitas rendah, maka harus dilakukan upaya peningkatan produksi. Jadi, meskipun harga sawit tidak terlalu tinggi, petani masih bisa untung," tutupnya.
Komentar Via Facebook :