https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Gara-gara Pupuk, Daya Beli Petani Sawit di Bengkulu Melemah

Gara-gara Pupuk, Daya Beli Petani Sawit di Bengkulu Melemah

Gudang pupuk subsidi diawasi untuk mencegah penyelewengan. foto: Polres Tuban


Bengkulu, elaeis.co - Mahalnya pupuk kimia nonsubsidi berdampak panjang terhadap kehidupan petani sawit di Provinsi Bengkulu. 

Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Bengkulu, Jakfar, mengatakan, meski saat ini harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit sudah di atas Rp 1.700/kg, namun petani sawit belum mendapatkan untung dari usahanya. "Malah bisa-bisa tekor karena biaya perawatan kebun sawit yang terus meningkat," katanya, Senin (31/7).

Tingginya biaya perawatan kebun sawit disebabkan oleh mahalnya pupuk nonsubsidi. Di Bengkulu, harganya saat ini ada yang mencapai lebih Rp 750 ribu per sak. "Banyak petani yang tidak sanggup membeli pupuk kimia. Akibatnya banyak tanaman sawit tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga menyebabkan produksi TBS menurun," tukasnya.

Dia menjelaskan, tahun-tahun sebelumnya petani kelapa sawit di daerah ini bisa mendapatkan panen sawit minimal 1 ton per hektar. Tapi sekarang kebun seluas 7 hektar hanya menghasilkan TBS sebanyak 4 ton.

"Sudahlah harga TBS murah, produksinya turun, pendapatan petani makin sedikit," keluhnya.

"Jika petani tetap memaksakan untuk membeli pupuk untuk menaikkan produksi, lantas mau makan apa? Dengan hasil panen hanya sebanyak 4 ton dan harga TBS Rp 1.750/kg misalnya, maka petani hanya bisa pulang Rp 2 juta. Yang Rp 5 juta lagi habis untuk membeli pupuk dan perawatan kebun seluas 7 hektar," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal mengatakan, rendahnya produksi dan murahnya harga sawit menyebabkan turunnya daya beli masyarakat Bengkulu.

"Rata-rata masyarakat di Bengkulu berkerja sebagai petani sawit. Berkurangnya pendapatan petani sawit menyebabkan konsumsi rumah tangga di Bengkulu berkurang," jelasnya.

"Inflasi pada Juni 2022 mencapai 3,66 persen, ini makin memperburuk situasi yang dihadapi para petani kelapa sawit. Karena harga kebutuhan pokok meningkat secara signifikan. Dan ketika harga komoditas pangan naik, petani sawit cenderung menunda pembelian barang dan kebutuhan lainnya," tambahnya.

Win mengingatkan, dampak dari turunnya harga TBS tidak hanya menyebabkan daya beli petani sawit berkurang, tapi juga mengakibatkan sektor usaha lainnya kembang kempis. "Sebab, ketika harga TBS turun, sektor usaha seperti penjualan juga ikut mengalami penurunan," ujarnya.
 

Komentar Via Facebook :