Berita / Bisnis /
Gara-gara PSR, Penangkar Bibit Sawit Makin Banyak
Palembang, Elaeis.co - Tingginya permintaan bibit sawit unggul untuk memenuhi kebutuhan peserta Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) membuat usaha penangkaran kecambah makin berkembang.
Para penangkar kecambah legal yang tergabung dalam Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBTPI) termasuk yang ikut menangguk untung akibat meningkatnya pesanan.
"Jumlah pesanan bibit sawit ke penangkar anggota PPBTPI di seluruh Indonesia meningkat. Saya saja tahun 2021 ini sudah mencapai penjualan sekitar 350 ribu bibit sawit bersertifikasi," kata Wakil Ketua Umum PPBTPI, Hasan Sigalingging, kepada Elaeis.co, Rabu (24/8/2021).
CV Gotama, perusahaan penangkar benih sawit miliknya di Sumatera Selatan (Sumsel), saat ini juga terus-menerus melayani permintaan bibit sawit dari para petani sawit non-PSR dari berbagai daerah.
"Kami pakai dan jual kecambah Sriwijaya yang diproduksi PT Bina Sawit Makmur yang berkedudukan di Sumsel," katanya.
Makin luasnya kebun yang ikut PSR, katanya, membuat minat investor untuk membuka usaha penangkaran kecambah sawit terus bertambah.
Di Sumsel misalnya, sebelum ada program PSR hanya ada tiga penangkar anggota PPBTPI. Salah satunya CV Gotama.
"Kini di Sumsel sudah ada 22 anggota PPBTPI. Mereka pasarkan bibit sawit bersertifikasi dari berbagai produsen," kata Hasan.
Lalu, untuk tingkat nasional, Hasan menyebutkan semula hanya ada 20 penangkar resmi anggota PPBTPI. Namun sejak PSR diluncurkan 2017, kini PPBTPI memiliki lebih 200 anggota.
Terus bertambahnya penangkar bibit sawit, menurutnya, tak lepas dari kemudahan sistem pembayaran kepada produsen kecambah.
"Kami dibolehkan bayar dengan cara mencicil. Ini meringankan arus keuangan kami. Namun harga jual bibit di tempat kami harus sama dengan harga jual produsen," bebernya.
Meski harga jual sama, sambungnya, para penangkar tetap mendapatkan keuntungan karena produsen memberikan diskon pembelian kecambah bersertifikasi.
"Kalau satu kecambah bersertifikasi dijual Rp 9.000 per buah untuk peserta PSR, untuk kami dikasih diskon, jadi Rp 8.000 per kecambah. Kalau kami pesan banyak, kan lumayan juga diskonnya itu. Plus kami dikasih keringanan pembayaran," ungkapnya.
Sayangnya, belakangan ini penangkar tak lagi gampang memesan kecambah dari produsen. Sebab, jumlah permintaan kecambah terus naik seiring makin luasnya kebun yang ikut PSR.
"Kalau periode 2017 sampai 2019, para produsen masih bisa memberikan semua permintaan pembelian kecambah dari kami. Tapi sejak tahun 2020, ya harus inden, harus menunggu enam bulan baru ada kecambahnya," ujarnya.
Meski begitu, menurutnya, para penangkar sangat bersyukur dengan adanya program PSR. "Benar-benar meningkatkan penjualan bibit sawit yang kami tangkarkan," sebutnya.
PSR juga telah memunculkan kesadaran di kalangan petani sawit swadaya untuk menggunakan bibit sawit yang jelas asal-usulnya dan bersertifikasi.
"Petani sawit yang beli bibit ke kami rela agak mahal harganya tapi bisa berproduksi dengan baik selama 25 tahun. Mereka bilang, biarlah mahal tapi unggul, ketimbang beli bibit yang murah tapi abal-abal," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :