Berita / Nusantara /
Geliat Sawit di Papua, Albert: Kami Tidak Makan Iklim!
Jayapura, elaeis.co - Empat puluh tahun lalu, kelapa sawit sudah tumbuh subur di Papua. Hasilnya, sudah dinikmati pula oleh masyarakat di sana.
Kebetulan saat ini, dari sekitar 600 ribu hektar luas kebun kelapa sawit yang ada di Negeri Cendrawasih itu, sekitar 22 ribu hektar adalah milik petani swadaya.
Tapi sejak enam tahun lalu, kinclongnya kelapa sawit itu meredup setelah politik dagang di luar negeri menghantam sawit di sana.
Belum lagi di saat yang sama, oknum-oknum Non Government Organization (NGO) gencar mempengaruhi petani kelapa sawit di Papua tentang perubahan iklim.
"Sekitar 6 tahun lalu mereka gencar mengatakan soal iklim itu. Saya bilang kepada mereka bahwa kami petani tidak makan iklim. Tapi kami bekerja keras untuk mengolah sumber daya alam dengan tetap menjaga lingkungan," cerita Albert Yoku kepada elaeis.co, tadi malam.
Gara-gara politik dagang itu kata ayah tiga anak ini, sejumlah Pabrik Kelapa Sawit di Papua gulung tikar. Gairah petani untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawitnya pun meredup.
Sebab itu tadi, hanya dua PKS yang bertahan untuk melayani TBS dari kebun seluas tadi, PKS milik perusahaan plat merah saja ikut tutup. Alhasil, harga TBS pun morat-marit.
"Sekarang harga TBS masih di bawah Rp1000," kata Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua ini.
Melandainya harga TBS tadi tak membikin lelaki yang berkebun kelapa sawit di kawasan Arsel Kabupaten Kerom, ini patah arang.
FKUB yang terdiri dari para pastor, pendeta, ustadz dan pegiat keagamaan itu sudah bersepakat untuk mendukung sawit untuk masyarakat Papua.
Lalu, dua hari lalu, Albert juga sudah dilantik menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) oleh Sekjen DPP Apkasindo, Rino Afrino.
Di acara yang juga dihadiri oleh anggota Dewan Pembina DPP Apkasindo, Mayjen (purn) Erro Kusnara, Dewan Pakar DPP Apkasindo, Tri Chandra, staf ahli Gubernur Papua, Elsye Penina Rumbekwan dan Wakil Walikota Jayapura, Rustan Saru, itu, Albert mencurahkan semua isi hatinya tentang sawit di Papua.
"Kami ingin mengembalikan kejayaan sawit masa lalu. Sebab masyarakat sudah sangat menikmati hasil dari sawit itu. Ini tentu menjadi kerja berat bagi kami. Untuk itu kami sangat membutuhkan dukungan semua pihak," pinta Albert.
Petani Papua kata Albert butuh dukungan dan pendampingan penuh dari DPP Apkasindo, begitu juga dari Dirjen Perkebunan dan Dinas Perkebunan yang ada di Papua. "Biar kami bisa menerapkan Good Agriculture Practices (GAP)," katanya.
Kalau ada yang bilang sawit tidak bermanfaat bagi petani di Papua kata Albert, itu salah. "Kami sudah menikmati kejayaan itu. Kami siap jadi duta tentang betapa bermanfaatnya kelapa sawit itu bagi rakyat," katanya.
Untuk program jangka pendek kata Albert, dia akan segera berkonsolidasi dengan DPD Apkasindo di 8 kabupaten penghasil sawit yang ada di Papua.
"Kami akan data semua persoalan petani yang ada. Terus, kami juga akan segera menyiapkan bibit untuk lahan peremajaan seluas 6600 hektar. Nah, soal pabrik tentu kami sangat butuh. Mudah-mudahan Sarpras BPDPKS bisa kami dapat untuk mendirikan pabrik itu," Albert berharap.
Elsye tak menampik apa yang dibilang Albert tadi. Sektor kelapa sawit kata Elsye sudah menjadi andalan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat asli Papua.
"Perkebunan sawit menghasilkan devisa dan mencipkatakan lapangan kerja. Pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat di Papua harus menjadi perhatian kita bersama," pintanya.
Bagi Ketua Umum DPP Apkasindo, Dr (c) Ir Gulat Manurung, MP.,C.APO, Papua adalah contoh nyata petani sawit swadaya yang sangat militan dengan segala keterbatasannya.
Militansi ini kata lelaki 48 tahun ini musti diganjar oleh pemerintah dengan lebih memperhatikan mereka lewat program PSR, Sarpras dan hilirisasi.
"Semua harus gotong royong, bahu membahu untuk mencapai harapan Ketua Apkasindo Papua tadi. Petani Sawit Papua adalah garda terdepan dan sebagai icon petani sawit berkelanjutan. Mereka musti dipersiapkan sejak dini untuk menerapkan GAP," ujar Gulat saat didapuk memberikan sambutan pada pelantikan pengurus DPW Apkasindo itu, secara daring.
Ayah dua anak ini memastikan, kelapa sawit adalah pemersatu masyarakat Indonesia. Sebab kelapa sawit telah hadir dari Sabang sampai Merauke.
"Dan kelapa sawit ini adalah usaha perkebunan yang paling banyak melibatkan masyarakat dan penyumbang devisa terbesar negara. Lantaran itu petani sawit harus menjadi garda terdepan menjaga dan melawan semakin gencarnya kampanye negatif tentang sawit kita. Jangan berdiam diri, lakukan yang terbaik untuk menjaga sawit Indonesia," pinta Gulat.
Kampanye negatif sawit kata Gulat, murni politik dagang. "Soal pungutan ekspor, kalau ada yang bilang tidak bermanfaat bagi petani, saya pastikan orang itu bukan petani, sebab hanya petanilah yang bisa merasakan manfaat dana yang dikelola BPDPKS itu," katanya.
Komentar Via Facebook :