Berita / Feature /
Getaran dan Gemuruh di Semburan Lumpur Ponpes Al Ihsan Pekanbaru
Pekanbaru, Elaeis.co - Memasuki hari ketiga, semburan gas dan lumpur di Pondok Pesantren Al Ihsan Kelurahan Tuah Negeri Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru semakin parah hingga Sabtu (6/2) sore. Bahkan, dentuman keras keluar dari dalam lobang dan selalu mengeluarkan lumpur ke atas.
"Jangan terlalu dekat. Ini radiusnya sudah mencapai 6, mudah terbakar dan bagunan bisa roboh tiba-tiba," ujar salah seorang petugas BPBD saat di lokasi.
Petugas lainnya menyampaikan, kondisi lobang lumpur semakin melebar. Bahkan, gas yang keluar dari lobang sudah berada di titik 6.
"Kalau di 10, artinya gas yang dikeluarkan mudah terbakar. Misalnya kalau dipicu api atau sinyal frekuensi Handphone. Makanya jangan bawa HP, kalau mendekat ke sini," kata petugas itu.
Petugas itu juga mengingatkan agar hati-hati karena kondisi bangunan mudah roboh. Hal itu dikarenakan mereka menduga di dalam bawah tanah bangunan sudah kosong lantaran lumpur menyembur keluar sejak 3 hari.
Ari, warga sekitar mengaku baru mendengar suara dentuman dari lobang tersebut. Sebab, pagi hingga siang tidak ada suara dentuman itu.
"Baru siang tadi itu dentumannya, pagi tadi tidak ada. Ini kaca-kaca musholah pun bergetar, bunyi-bunyi gitu setiap dentuman lobang itu terjadi," katanya.
Pantauan di lokasi, dentuman keras terdengar hingga di luar kawasan Pondok Pesantren Al Ihsan. Suara itu mirip seperti gemuruh gunung merapi yang meletus.
Tenda yang didirikan BPBD Pekanbaru pun terpaksa dipindah ke luar kawasan Ponpes karena khawatir terkena imbas lumpur dan gas. Aliran lumpur mengalir hingga ke sebuah danau kecil yang berada tak jauh dari pesantren.
Sejumlah petugas Tagana dari BPDB Pekanbaru dan Pemprov Riau berjaga di lokasi. Tampak pula seorang polisi dan TNI ikut mengamankan situasi. Petugas juga melarang warga yang ingin masuk ke lokasi.
Petugas BPBD memindahkan tenda dan posko mereka, dari dalam pondok ke luar kawasan.
"Iya bang dipindah keluar, makin keras dentumannya," kata salah seorang anggota BPBD.
Sementara itu Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Pemprov Riau Indra Agus Lukman saat dihubungi tidak merespon. Pesan yang dikirim juga belum berbalas.
Sikap Indra berbeda dengan atasannya, yakni Gubernur Riau Syamsuar. Sebab, Syamsuar senantiasa merespon ketika dikonfirmasi wartawan.
"Sekarang disiapkan pos jaga di situ. Saat ini kita minta bantu dengan perusahaan gas untuk membantu menangani masalah tersebut," kata Syamsuar.
Kapolsek Tenayan Raya, Manapar Situmeang mengatakan, penutupan itu dilakukan dengan pemasangan garis polisi yang diperluas hingga pintu masuk gerbang pesantren. Sebelumnya garis polisi terpasang hanya di sekitaran sumur yang menyemburkan gas dan lumpur itu.
"Kita menutup dan melarang masyarakat masuk apalagi mendekat. Karena status gas dan lumpur ini kan berbahaya," ujar Manapar.
Saat ini semburan gas dan lumpur yang mencapai 15 meter itu tengah didalami oleh tim gabungan dari Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Riau beserta Pihak PT. Kaila Migas dan PLTU beserta KLHK Riau. Pengecekan secara berkala dilakukan untuk mengambil langkah penutupan sumur.
"Kita juga ikut dirikan Pos Pam terpadu untuk menjaga areal TKP," kata Manapar.
Pemprov Riau mendirikan posko di lokasi semburan gas dan lumpur dari dalam tanah sekitaran perusahaan gas EMP Bentu tepatnya di Pesantren Al Ihsan Kota Pekanbaru. Seluruh santri penghafal Alquran sudah diungsikan ke pesantren induknya di kawasan Kubang, Kabupaten Kampar.
Semburan itu berawal dari pengeboran sumur milik Pesantren Al Ikhsan di jalan Abdurrahman, masuk dari Jalan Badak, dekat Kantor Wali Kota Pekanbaru, pada Kamis (4/2). Namun saat pengeboran mencapai 115 meter, tiba-tiba keluar gas sekitar pukul 13.30 Wib.
Kemudian, sang penggali Ramadhan meninggalkan pekerjaannya karena khawatir berbahaya.
Malam harinya, sekitar pukul 20.00 Wib, warga sekitar mendengar ledakan keras. Ternyata aliran lumpur keluar dari dalam lobang tersebut. Ledakan itu mengakibatkan batu-batu dari dalam tanah berterbangan.
Pantauan merdeka.com, kondisi bangunan pesantren sudah luluh lantak dan tidak bisa digunakan lagi. Sebagian atap sudah roboh akibat tertimpa batu dan debu berwarna abu-abu mirip abu vulkanik.
Sebagian bangunan lainnya ada yang masih utuh namun tertutupi debu. Di dalam gedung juga bertaburan batu warna abu-abu yang terbentuk dari debu itu.
Jalanan sekitaran pesantren tidak lagi kuning seperti sedia kala. Kini, warna abu-abu mendominasi bangunan, jalanan, serta pepohonan di sekitaran semburan gas. Pohon sawit dengan jarak puluhan meter dari sumur gas juga mati.
Jarak antara lokasi lubang gas yang bersumber dari pengeboran sumur itu milik pesantren itu tak jauh dari sumur gas milik perusahaan EMP Bentu. Tampak plang bertuliskan berbahaya yang dipasang pihak perusahaan di sekitaran lokasi.
Komentar Via Facebook :