https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

GIMNI: Ini Beda Indonesia dan Eropa Soal Hutan

GIMNI: Ini Beda Indonesia dan Eropa Soal Hutan

Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga. foto: tangkapan layar Togar Potcast


Jakarta, elaeis.co - Eropa pasti akan selalu berkelit jika dituduh melakukan deforestasi. Sebab bagi mereka, menebang hutan untuk kebutuhan hidup dan penempatan pertambahan penduduk, adalah sah-sah saja. 

"Sekitar tahun 1975-1980, Indonesia memang sangat aktif menebang hutan untuk indutri log dan  plywood, lalu disetop," cerita Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga kepada elaeis.co, jelang siang tadi. 

Cukup lama kata lelaki 75 tahun ini, bekas  tebangan itu terbengkalai. Belakangan, Hasrul Harahap, penggagas Hak Pengusahaan Hutan (HPH), yang waktu itu menjabat Menteri Muda Pertanian dan Kehutanan (Menmud) mengusulkan supaya lahan terlantar itu ditanami.

"Pohon kelapa sawit yang berdaun lebar dan dikenal mampu menyerap CO2 dan menghasilkan Oksigen lebih banyak dari pada hutan primer, menjadi pilihan," ujar ayah tiga anak ini.

Sekitar tahun 1977, dimulailah program penanaman kelapa sawit oleh para petani, transmigran dan bekas tentara yang kembali dari Timor Timur.

Baca juga: 69% Hutan Eropa Ditebang Untuk Arang

"Itulah mulainya rakyat, petani, masyarakat luas diberi kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang baik melalui tanaman sawit," katanya.

Jadi, kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) ini, Indonesia  aktif menanami hutan yang sudah tandus untuk menghasilkan oksigen dan minyak nabati, bukan menghasilkan arang.


 

Komentar Via Facebook :