https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Gubernur Sutarmidji : HTI Tebangi Hutan, Sawit yang Disalahkan

Gubernur Sutarmidji : HTI Tebangi Hutan, Sawit yang Disalahkan

Ilustrasi pembukaan lahan (Sindonews.com)


Medan, Elaeis.co - Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), H. Sutarmidji, heran perkebunan sawit kerap dituding sebagai penyebab kerusakan hutan di provinsi itu.

"Yang jahat itu HTI, sangat bahaya itu HTI. Bukan sawit. Aneh kalau sawit disalahkan," katanya dalam webinar bertajuk "Menjawab Tantangan Sustainability pada Industri Kelapa Sawit di Indonesia" yang diselenggarakan oleh puluhan diaspora Indonesia yang tinggal di Eropa dan Amerika Serikat, Sabtu (6/6) malam.

Sejumlah pejabat dari berbagai Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di berbagai kota di Eropa ikut dalam diskusi itu.

HTI yang dimaksud Sutarmidji adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang hutan tanaman industri. Sutarmidji mengaku tidak asal cakap.

"Di Kalbar ada belasan perusahaan HTI, mereka menebangi pepohonan di hutan. Tapi cuma ada sekitar dua perusahaan yang melaksanakan kewajibannya menanam ulang pohon pengganti," katanya.

Tudingannya bahwa HTI itu jahat juga didasari pada hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang membuktikan puluhan perusahaan HTI tidak membayar atau menunggak iuran wajib ke negara. 

"Jumlah tunggakannya, menurut laporan BPK itu, mencapai 12 juta Dolar AS. Itu kalau dirupiahkan berapa, pasti besar," katanya. 

Sementara perusahaan perkebunan sawit, kata dia, justru telah diwajibkan untuk mematuhi setiap regulasi yang ada di Provinsi Kalbar. "Contohnya soal karhutla. Sejak tahun 2015 seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalbar telah diwajibkan untuk fokus pada antisipasi karhutla," kata Sutarmidji.

Menurutnya, perusahaan perkebunan kelapa sawit patuh dan menyiapkan fasilitas serta tim pencegah karhutla. "Karena itu tidak heran kalau sejak 2014 karhutla di Kalbar minim. Karena dari awal memang sudah diantisipasi," jelasnya.

Bupati Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah, Windu Subagio, mengungkapkan hal senada. "Di kabupaten yang saya pimpin, luasan perkebunan sawit cuma 20 persen dari kawasan APL (Area Penggunaan Lain) yang ada. Sisanya itu ya HTI dan lainnya," katanya.

Yang membuat ia salut melihat perusahaan sawit adalah tingkat kepatuhan pada instruksinya yang mewajibkan zero burning atau nol kebakaran dalam area perkebunan, baik saat pembukaan lahan maupun bagian dari kesiagaan mencegah karhutla.

"Setahu saya, perkebunan sawit yang ada di Sukamara justru hadir di lahan kosong yang ditinggalkan industri lainnya," tandasnya.

Komentar Via Facebook :