https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Gula Merah Sawit Tanjabar

Gula Merah Sawit Tanjabar

Gula merah sawit hasil produksi Karneni di Tanjungjabung Barat, Jambi. foto: ist


Jambi, elaeis.co - Kalau omongan Maulana ini yang dipakai menjadi rujukan, tak ada alasan untuk mengatakan gula merah kelapa sawit tak laku di pasaran.

"Rasanya beda dari gula merah kelapa, mirip gula arenlah. Aroma sawitnya enggak ada sama sekali," cerita pedagang pecal lele di kawasan Perumahan Bougenville Kota Jambi provinsi Jambi ini kepada elaeis.co dua hari lalu.

"Gulanya bersih, tak ada ampas. Gula itu saya pakai untuk campuran sambal pecel lele, rasanya enak. Kalau pakai gula merah kelapa, yang ada malah kurang pas rasanya," Maulana membandingkan. 

Lelaki ini adalah satu dari sederet pelanggan gula merah kelapa sawit bikinan Karneni, petani kelapa sawit di Desa Tanjung Benanak Kecamatan Merlung, Tanjungjabung Barat (Tanjabar), Jambi.

Saban dua hari, lelaki 61 tahun ini mengirim gula bikinannya itu kepada mereka yang butuh, termasuk Maulana yang di Kota Jambi tadi. Satu kilogram dia banderol Rp15 ribu.  

Bukan tak bisa sebenarnya kakek tiga cucu ini membikin gula dengan jumlah yang lebih banyak. Soalnya sumber bahan baku sangat berlimpah. Selain yang ada di kebunnya, petani sawit di kampung itu juga menawari Karneni. 

"Kebun saya dua hektar, tapi saya cuma sanggup mengolah 40 batang. Selain tenaga kerja yang sangat terbatas, menjual hasilnya pun bingung juga. Orang belum paham betul dengan gula merah sawit," cerita Karneni saat berbincang dengan elaeis.co, dua hari lalu.

Dari 40 batang pohon sawit tadi kata Karneni, saban hari dia bisa menghasilkan sekitar 200 liter air nira. Kalau dimasak, nira itu akan jadi 40 kilogram gula merah. 

"Satu pohon sawit itu bisa dimanfaatkan hingga 3 minggu. Di minggu pertama masih bisa menghasilkan 10 liter nira dalam sehari, setelahnya berkurang. Itulah makanya saya pukul rata saja 5 liter sehari. Setelah 3 minggu, pohon itu masih bisa dimanfaatkan, tapi niranya sudah enggak seberapa dan sudah kurang manis pula," terangnya. 

Sebetulnya tak ada rencana Karneni memanfaatkan pohon kelapa sawitnya itu menghasilkan gula. Modal dengar-dengar dari orang, September tahun lalu, dia mulai praktek. 

Beberapa batang pohon kelapa sawit tua di pekarangan rumahnya dia tebang untuk memulai praktek itu.

"Saya hanya belajar dari tutorial yang ada di youtube. Sebulan ujicoba gagal semua. Gulanya enggak mau mengeras," Karneni tertawa.

Belakangan dia dapat ilmu baru. Kalau mau gula merahnya mengeras, adonan nira itu harus ditambahi gula pasir. Perbandingannya 80:20.

"Oktober, saya bersama istri saya, Uplik Siswoyo dan anak saya, Andi, mulai memproduksi gula kelapa sawit itu. Alhamdulillah berhasil," Karneni Sumringah. 

Tiga bulan lalu kata Karneni, produksi gula merah itu sudah dia hentikan lantaran kebun kelapa sawitnya yang dua hektar tadi, sudah menjalani replanting program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) bersama kebun petani lainnya.



 

Komentar Via Facebook :