https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Hadapi Milisi Anti Sawit, Apkasindo Gembleng Pasukan

Hadapi Milisi Anti Sawit, Apkasindo Gembleng Pasukan

Wahyudi El Panggabean (duduk kiri) saat sesi praktek wawancara dengan peserta pelatihan. foto: ist


Pekanbaru, elaeis.co - Elaeis Guineensis. Sudah lebih dari 100 tahun tanaman asal Mauritus Afrika ini menjadi bagian dari perjalanan hidup bangsa Indonesia. 

Dan selama itu pula, tanaman yang bermula dari 's Lands Plantentuin te Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor ini tak lepas dari cerita tak sedap. 

Mulai dari sawit dibilang penyebab kolesterol, darah tinggi, perusak hutan, pelanggar HAM, hingga bumbu tak sedap lainnya. 

Sangking lamanya cerita tak sedap ini berseliweran, sampai-sampai orang-orang di Indonesia pun terpengaruh dengan semua itu. Tak terkecuali sejumlah petinggi negara.  

Padahal, sesungguhnya, cerita tak sedap ini berpendar justru lantaran kekhawatiran negara-negara produsen minyak nabati semacam Soybean, Rapeseed dan Sunflower. 

Soalnya secara volume produksi, tiga tanaman nabati ini enggak akan pernah bisa menyaingi volume produksi sawit. 

Tengok sajalah data yang disodorkan oleh Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI). Bahwa saat ini, luas lahan kebun Soybean sudah mencapai 127 juta hektar, Rapeseed 35,5 juta hektar, Sunflower 27,6 juta hektar dan sawit hanya 24 juta hektar.

Tapi, digabung pun semua hasil produksi tiga tanaman minyak nabati tadi, hasil sawit masih lebih tinggi. 

Penyebabnya itu tadi; dalam sehektar tanaman, Rapeseed hanya bisa menghasilkan minyak 0,7 ton, Sunflower 0,52 ton dan Soybean 0,45 ton. Sawit, 4,3 ton minyak. 

Kalau dibilang kebun sawit hadir dengan menebang hutan, apa bedanya dengan tiga tanaman tadi. 
Tapi ingat, meski sawit hadir dengan mengambil lahan hutan, tapi sawit justru mampu memberikan lebih dari apa yang diberikan hutan. 

"Sawit bisa menyerap karbon 64,5 ton perhektar dan bisa memberikan oksigen 18,7 ton per hektar. Sementara hutan, hanya bisa menyerap karbon 42,4 ton perhektar dan menghasilkan oksigen 7,1 ton perhektar. Ini bukan kata saya, tapi kata pakar dunia," kata Direktur Eksekutif PASPI, DR. Tungkot Sipayung. 

Lantas kalau dibilang melanggar HAM, tunggu dulu. Sebab di film-film saja, banyak kebun-kebun tiga tanaman tadi justru dikelola oleh budak-budak belian para pemilik kebun. 

Menengok semua kenyataan inilah kemudian, Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo) membikin gebrakan baru. 

Sejumlah petani sawit direkrut untuk menjadi jurnalis sawit. "Salah satu jalan untuk kita menghadang kampanye milisi pembenci sawit itu adalah dengan menyiapkan pasukan jurnalis sawit. Kita akan manfaatkan semua teknologi kekinian untuk menebar kebaikan sawit itu, tentu dengan bahasa jurnalisme yang santun dan mengedepankan fakta dan realita. Bukan katanya katanya," ujar Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung, saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin.
  
Sebagai petani yang punya lahan 6,8 juta hektar dari total 16,38 juta hektar kebun kelapa sawit Indonesia kata Gulat, Apkasindo punya  tanggungjawab besar dalam menjaga marwah sawit Indonesia. 

"Sebab ini bukan lagi sekadar mempertahankan hajat hidup, tapi juga mempertahankan marwah Bangsa Indonesia," tegasnya. 

Untuk menyiapkan pasukan ini kata Gulat, DPP Apkasindo menggandeng Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center (PJC). 

Pelatihan dibagi tiga zona; Sumatera-Banten, Kalimantan dan Sulawesi-Papua. Masing-masing zona diharapkan akan bisa menghasilkan antara 30-35 orang jurnalis handal.

Kemarin dan hari ini, pelatihan di zona satu sudah digelar di Grand Central Hotel di kawasan Sudirman Pekanbaru secara hybrid. Ada yang hadir secara langsung, sisanya online.  

Saat didapuk membuka pelatihan itu, Staf Khusus Wakil Presiden Indonesia Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah,  KH Imam Azis sampai takjub menengok gebrakan Apkasindo ini. 

"Kami sangat senang acara ini diisi oleh jurnalis-jurnalis senior di bidangnya. Ada Bang Wahyudi El Panggabean yang lama menjadi wartawan Majalah Forum dan juga Direktur Utama PJC, ada juga bang Abdul Aziz yang Kabiro Gatra Media Group Sumbagteng, Pemred Majalah Sawit Indonesia, Qayuum Amri dan praktisi komunikasi, M.Goldameir," kata Sekjen DPP Apkasindo, Rino Afrino. 

"Oleh itulah saya yakin Apkasindo akan melahirkan jurnalis sawit yang handal. Apalagi jurnalisnya berasal dari petani itu sendiri, ini akan beda," tambahnya. 



 

Komentar Via Facebook :