https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Harga CPO di Bengkulu Lebih Rendah Dibandingkan dengan PT KPBN, Kok Bisa!

Harga CPO di Bengkulu Lebih Rendah Dibandingkan dengan PT KPBN, Kok Bisa!

Produksi CPO di salah satu Pabrik Kelapa Sawit di Bengkulu.


Bengkulu, elaeis.co - Harga Crude Palm Oil (CPO) di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) mencapai Rp 11.999 per kilogram, sementara di Bengkulu, harga CPO tercatat lebih rendah, yakni Rp 11.236 per kilogram. Fenomena ini menarik perhatian dari berbagai pihak terkait dinamika pasar CPO di daerah tersebut.

Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Ansori Tawakal SE MM, perbedaan harga tersebut disebabkan oleh Provinsi Bengkulu belum bisa melakukan ekspor CPO. Sehingga buyer hanya membeli CPO di daerah ini, sementara kegiatan ekspornya melalui provinsi lain.
"Bengkulu bukanlah daerah yang melakukan ekspor langsung CPO. Ekspor CPO masih melalui provinsi lain seperti Sumatera Utara dan Lampung," kata Ansori, Kamis 15 Februari 2024.

Menurut data yang diperoleh, Bengkulu memiliki potensi besar dalam industri minyak kelapa sawit mentah atau CPO. Namun, keterbatasan infrastruktur dan kurangnya akses pasar global secara langsung turut mempengaruhi dinamika harga CPO di daerah ini.
"Potensi dalam industri CPO, tapi karena keterbatasan infrastruktur dan kurangnya akses pasar global secara langsung turut mempengaruhi dinamika harga CPO di Bengkulu," ujar Ansori.

Menurut Ansori, agar Bengkulu bisa mendapatkan harga CPO yang bagus, maka harus bisa melakukan ekspor secara mandiri. Sebab ketergantungan Bengkulu pada provinsi lain dalam hal ekspor CPO menjadi faktor utama rendahnya harga CPO.
"Ketergantungan Bengkulu pada provinsi lain dalam hal ekspor CPO menjadi faktor utama rendahnya harga CPO di daerah ini. Perlu langkah strategis untuk meningkatkan akses pasar secara langsung agar harga CPO dapat lebih kompetitif," tuturnya.

Komentar dari sektor industri juga tidak terelakkan. CEO sebuah perusahaan kelapa sawit di Bengkulu, Daniel Manurung mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi ini. 
"Rendahnya harga CPO di Bengkulu memberikan dampak negatif terhadap kesejahteraan petani dan stabilitas ekonomi daerah," ujar Daniel.

Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa harga rendah CPO di Bengkulu dapat menjadi peluang bagi industri pengolahan lokal untuk meningkatkan daya saing produk olahan kelapa sawit. 
"Dengan harga bahan baku yang lebih rendah, kami dapat mengoptimalkan produksi produk turunan kelapa sawit," tambah Daniel.

Pemerintah setempat juga mulai memberikan perhatian serius terhadap masalah ini. Dalam rapat terbaru, Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah menyatakan komitmen untuk mengembangkan infrastruktur dan memperkuat jaringan ekspor CPO langsung dari Bengkulu.
"Kendati demikian, tantangan besar masih dihadapi. Diperlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi untuk merumuskan strategi yang tepat dalam meningkatkan daya saing industri kelapa sawit Bengkulu di pasar global," pungkas Rohidin.

Komentar Via Facebook :