Banda Aceh, elaeis.co - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Aceh diminta untuk bersikap lebih tegas lagi dalam menyosialisasikan dan menerapkan harga tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit yang telah ditetapkan setiap bulannya.

"Sebab, banyak sekali pabrik kelapa sawit (PKS) yang tidak menerapkan harga pembelian TBS seperti yang ditetapkan Distanbun Aceh. Akibatnya, tentu saja banyak petani yang dirugikan," kata H Nasaie, Ketua DPW Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade), kepada elaeis.co, Rabu (30/3/2022).

Nasaie mengaku paham bahwa harga TBS yang ditetapkan Distanbun Aceh adalah untuk petani sawit yang bermitra dengan perusahaan. Namun fakta di lapangan justru menunjukkan harga TBS petani sawit bermitra pun jauh di bawah harga ketetapan Distanbun.

"Apalagi harga TBS produksi petani sawit swadaya yang tak bermitra, pasti jauh di bawah harga ketetapan Distanbun Aceh," katanya.

Ia mengaku telah mengungkapkan fakta ini saat mengikuti rapat penetapan harga TBS di Distanbun Aceh pada Rabu pagi. Saat itu ia didampingi Sekretaris Wilayah Samade Aceh, HM Nurdin.

Di rapat itu ia membeberkan perkembangan harga TBS yang diterima petani di lapangan yang menunjukan betapa jauhnya harga ketetapan Distanbun dengan yang diterima petani swadaya. 

Karena itu tak heran kalau ia dan Nurdin atas nama Samade meminta Distanbun Aceh bersikap tegas dan keras mengenai hal ini agar petani swadaya tidak dirugikan. 

"Di rapat itu kami buat pernyataan tegas Samade Aceh agar Distanbun atau Pemerintah Provinsi Aceh secara keseluruhan mengingatkan kepada semua PKS di Aceh untuk mematuhi harga yang telah ditetapkan. Kami selaku petani tak mau rugi terus-terusan," tegasnya.