Berita / Sumatera /
Harga Kelapa Sawit Naik, Masyarakat Bengkulu 'Wait and See'
Bengkulu, elaeis.co - Harga kelapa sawit yang meroket hingga mencapai Rp 2.489,25 per kilogram mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di Bengkulu. Meskipun naiknya harga komoditas tersebut seharusnya menjadi berita baik, namun masyarakat cenderung bersikap wait and see terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Ansori Tawakal SE MM, kondisi harga kelapa sawit saat ini memang sangat menguntungkan. Namun, masyarakat kebanyakan masih wait and see. Sebab tantangan utamanya terletak pada perubahan cuaca yang berdampak pada produksi buah sawit.
"Walaupun harga kelapa sawit bagus, kondisi produksi buah sawit pada tahun 2024 ini masih merasakan trek, akibat musim kemarau panjang pada tahun 2023 lalu," ujar Ansori, Minggu 3 Maret 2024.
Baca Juga: Rp 51 Miliar Penerimaan Pajak di Bengkulu Dari Sawit
Selain itu, pada tahun 2024 ini, meskipun harga kelapa sawit menggiurkan, kondisi jalan kebun yang becek akibat hujan turut mempersulit pengangkutan buah sawit dari kebun. Situasi ini menyebabkan banyak buah sawit yang tidak dapat dibawa keluar dari kebun, sehingga menghambat aliran produksi dan perdagangan.
"Harga TBS kelapa sawit di Bengkulu memang bagus, tapi karena dari awal tahun cuaca hujan banyak buah sawit tidak bisa dibawa keluar kebun juga mengingat kondisi jalan kebun yang licin dan becek," ujar Ansori.
Baca Juga: Harga Komoditas Kelapa Sawit Tinggi, Permintaan Motor Yamaha di Bengkulu Melesat
Dalam konteks ini, Ansori berharap, petani dan para pelaku industri kelapa sawit di Bengkulu harus mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi dampak dari perubahan cuaca. Hal ini juga memerlukan dukungan dari pemerintah dan pihak terkait untuk memperbaiki infrastruktur jalan kebun guna memudahkan transportasi buah sawit.
"Kami pikir perlu tindakan yang tepat dari pemerintah untuk mengatasi dampak dari perubahan cuaca seperti memperbaiki infrastruktur jalan kebun guna memudahkan transportasi buah sawit," ujar Ansori.
Sementara itu, salah satu petani kelapa sawit di Desa Tanjung Terdana Kabupaten Bengkulu Tengah, Haluan merasa khawatir dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu meskipun harga kelapa sawit sedang tinggi.
"Kami merasa was-was dengan situasi saat ini. Meskipun harga kelapa sawit tinggi, namun banyak kendala yang menghambat produksi dan pemasaran," ungkap Haluan.
Di sisi lain, Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu, Dr Retno Agustina SE MM mengatakan, peningkatan harga kelapa sawit juga berdampak positif bagi sektor ekonomi di Bengkulu. Peningkatan pendapatan dari hasil penjualan kelapa sawit dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
"Namun, agar manfaat dari kenaikan harga kelapa sawit dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat, diperlukan upaya bersama antara pemerintah, pelaku industri, dan petani kelapa sawit dalam meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi komoditas ini," kata Retno.
Dengan demikian, meskipun harga kelapa sawit sedang mengalami kenaikan yang signifikan, kondisi cuaca yang tidak menentu dan infrastruktur yang kurang mendukung masih menjadi kendala utama bagi industri kelapa sawit di Bengkulu.
"Diperlukan upaya kolaboratif yang lebih besar untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kelangsungan ekonomi masyarakat setempat," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :