Berita / Sumatera /
Harga Sawit Anjlok, Hasil Panen Ikut-ikutan Jeblok
Sibuhuan, elaeis.co - Dua bulan terakhir harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Kabupaten Padang Lawas (Palas), Sumatra Utara (Sumut), terus merosot.
Pencabutan larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO) pun ternyata tak bisa mengangkat harga TBS di Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Nainggolan, salah satu petani swadaya di Desa Pir Trans Sosa IV, Kecamatan Huta Raja Tinggi, Palas, mengaku hanya bisa mengelus dada menghadapi murahnya harga jual TBS.
"Harga TBS di PKS masih sangat rendah, kami kesulitan tapi tak tahu mau berbuat apa," kata Nainggolan kepada elaeis.co, Minggu (19/6).
Diceritakannya, saat harga TBS tiba-tiba turun secara drastis beberapa bulan terakhir, petani di Palas mengalami kerugian besar. Biaya produksi jadi tidak sebanding dengan hasil penjuaalan TBS.
Akibatnya, katanya, kebanyakan kebun sawit saat ini sudah tak terawat lagi.
"Hasil panen turun jadinya, trek akibat belum ada perawatan dan pemupukan. Itu tadi, harga pupuk saat ini melebihi harga emas," ujarnya.
"Padahal pertengahan tahun 2021 lalu harga TBS naik terus, petani sawit gembiranya bukan main. Bahkan, tukang panen pun dapat rezeki lebih dari pemilik kebun. Sekarang tiba-tiba harga anjlok. Turunnya tak main-main pula, sekali turun pernah Rp 800 dan besoknya turun lagi," tambahnya.
Ia berharap pemerintah mengambil tindakan agar harga sawit tidak makin anjlok.
"Petani sawit terpuruk saat ini, sangat butuh bantuan pemerintah," katanya.
Komentar Via Facebook :