Pasir Pangaraian, elaeis.co - Gara-gara larangan ekspor minyak sawit (CPO) yang diberlakukan pemerintah, harga tandan buah segar (TBS) yang sempat mencetak rekor termahal sepanjang sejarah tiba-tiba anjlok. Meski kran ekspor kembali dibuka, harga TBS tak kunjung kembali normal.

Di Rokan Hulu, Riau, sampai sekarang petani sawit swadaya masih meradang karena tidak menyangka harga TBS hancur dalam sekejap. Apalagi petani yang berada di pelosok dan jauh dari pabrik kelapa sawit (PKS), hasil panen mereka seolah tak berharga karena biaya operasional yang cukup tinggi.

“Masalahnya, meskipun keran ekspor kembali dibuka, masih ada aturan-aturan yang tidak mendukung maksimalnya ekspor CPO. Selama ekspor belum lancar, harga TBS tidak akan kembali ke harga normal,” kata Sudir, petani di Rokan Hulu, kepada elaeis.co, kemarin.

Dia mengaku pernah bertukar pikiran dengan seorang staf di salah satu PKS di Rokan Hulu. Dari perbincangan itu dia menyimpulkan bahwa PKS harus menyesuaikan harga jual CPO dan kelancaran pengiriman di pelabuhan dalam menentukan harga TBS sawit yang dibeli dari petani.

“Mempertimbangkan kondisi tersebut, makanya harga TBS saat ini di beberapa PKS yang beroperasi di Rokan Hulu hanya mematok harga sawit di kisaran Rp 1.100/kg, bahkan ada yang lebih murah Rp 1.000/kg. Berarti di tingkat petani hanya Rp 760 sampai Rp 900/kg. Seluruh petani sawit swadaya di daerah ini pasti mengalami hal serupa,” sebutnya.

Untungnya, saat ini banyak kebun sawit di Rokan Hulu sedang trek sehingga PKS pasang harga TBS lebih mahal.

“Karena produksi TBS sedang mengalami penurunan, PKS harus bersaing harga agar TBS masuk,” katanya.

“Jadi, kalau pun harga naik, itu karena pabrik berebut TBS, bukan karena peran pemerintah,” tambahnya.

Berikut harga pembelian TBS di PKS yang beroperasi di Rokan Hulu yang dirangkum elaeis.co:

PT Naga Mas        Rp 1.160/kg

PT KUS                   Rp 1.180/kg

PT Jabal Perkasa Rp 1.160/kg

PT GSM                  Rp 1.200/kg