Berita / Nusantara /
Harga Sawit Sumsel Diprediksi Naik
Palembang, elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di wilayah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) diprediksi bakal naik. Ini dilihat dari laju pergerakan ekspor CPO di daerah tersebut.
Potensi kenaikan harga TBS ini juga dibenarkan Analis PSP Madya Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian. Kepada elaeis.co, Rudi mengatakan potensi kenaikan harga Minggu ini dapat dilihat dari harga sawit di KPBN cenderung membaik belakangan ini.
"Serapan dalam negeri juga semakin tinggi. Terlebih pemerintah kini tengah meningkatkan produk B30 menjadi B40," ujarnya, Sabtu (6/8)
Bukan hanya itu, kenaikan harga ini juga dilatar belakangi bahwa kelapa sawit merupakan komoditi yang tidak tergantikan. Lain dengan komoditi karet yang dapat dibuat sintetis.
"Nah, sekarang Cina ingin membuat sintetis CPO namun tidak bisa," tuturnya.
Terlebih kata Rudi saat ini pemerintah tengah memberlakukan peniadaan pungutan ekspor (PE). Penghapusan sementara tarif pungutan ekspor CPO dan produk turunannya ini tentu disambut gembira oleh 224.549 kepala keluarga petani sawit Sumatera Selatan.
"Kebijakan itu diharapkan dapat segera berdampak terhadap harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani plasma maupun swadaya," ujarnya
Menurutnya, momen ini adalah saat yang tepat bagi perusahaan untuk mengosongkan tangki CPO-nya. Sehingga penyerapan TBS petani ke PKS semakin lancar.
"Kalau stok masih tinggi, tangki-tangki PKS yang masih penuh ini akan menghambat kenaikan harga TBS," tuturnya.
Dari data yang diperolehnya, volume ekspor CPO dan turunannya pada tahun2021 sebanyak 2,5 - 3 juta ton/bulan atau 34 juta ton/tahun dari total produksi 49.71 juta ton. Sementara saat ini stok Nasional di bulan Juni berkisar 6,3 juta ton CPO.
Belum lagi, puncak produksi sawit pada bulan Juli-Desember 2022, yang diperkirakan akan menghasilkan sekitar 4,49 juta ton yang terdiri atas CPO dan CPKO per bulan.
"Supaya pembelian TBS petani berjalan lancar, diperlukan komitmen bersama. Jadi ada waktu 1,5 bulan sebagai window of opportunity untuk melakukan ekspor," bebernya.
"SOP-nya sudah ada, aturannya sudah jelas, jadi tidak ada alasan lagi untuk menunda ekspor. Paling tidak stok CPO nasional di angka 3-4 juta ton per bulan agar tidak terjadi penumpukan stok CPO, sehingga menghambat kenaikan harga TBS petani," imbuhnya.
Komentar Via Facebook :