Berita / Sumatera /
Harga Sawit Turun, Daya Beli Warga Bengkulu Melemah
Bengkulu, elaeis.co - Daya beli masyarakat Bengkulu hingga saat ini masih dipengaruhi oleh harga komoditas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Ketika harga komoditi ini turun, daya beli masyarakat otomatis ikut menurun.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal mengatakan, harga TBS kelapa sawit saat ini mencapai Rp 1.200 hingga Rp 1.400 per kilogram di tingkat petani. Harga tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang tercatat mencapai Rp 1.800 lebih.
Penurunan itu menyebabkan penurunan daya beli, bahkan pada triwulan I 2023 lalu, pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar 1,11 persen. Angka tersebut menurun dibandingkan triwulan IV 2022 yang tercatat tumbuh sebesar 4,41 persen.
"Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi Bengkulu saat ini, masih bergantung pada komoditas sawit. Ketika harga komoditi ini turun, tentu berpengaruh pada daya beli masyarakat," ujar Win, Kamis (29/6).
Ia mengatakan, pada tahun sebelumnya harga komoditas kelapa sawit stabil bahkan cenderung terjadi peningkatan. Sementara saat ini harganya terus mengalami penurunan akibat menurunnya harga CPO.
"Turunnya harga TBS di Bengkulu tidak hanya berpengaruh kepada pendapatan masyarakat, tetapi juga berpengaruh ke berbagai sektor usaha. Sebab rata-rata masyarakat di Bengkulu banyak yang bergelut sebagai petani sawit, sehingga ketika harga komoditi ini turun, sektor usaha penjualan juga ikut mengalami penurunan," paparnya.
Meskipun demikian, ia menilai, sektor usaha di Bengkulu masih tahan banting. Karena mereka telah menerapkan strategi penjualan yang cukup baik. Salah satunya menghadirkan berbagai produk teranyar demi memikat hati masyarakat.
Hal inilah yang membuat sektor usaha khususnya perdagangan di Bengkulu masih tetap bertahan meski tergerus dengan kondisi perekonomian yang tidak begitu pasti. "Untuk sektor usaha khususnya perdagangan di Bengkulu, saya rasa masih kuat. Pasalnya tingkat konsumsi masyarakat masih cukup baguslah meskipun mungkin sedikit dibatasi," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Darjana mengaku, meskipun kondisi perekonomian masih belum membaik akibat perang antara Rusia dan Ukraina, akan tetapi daya beli masyarakat akan tetap baik ke depannya. Hal ini disebabkan kegiatan ekspor CPO akan kembali menguat pada akhir tahun.
"Kita optimis daya beli masyarakat akan tetap baik meskipun kondisi ekonomi global masih tidak menentu," kata Darjana.
Selain itu, Hari Raya Idul Adha juga diperkirakan akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Karena biasanya pada Idul Adha banyak masyarakat membeli berbagai kebutuhan pokok. "Kita percaya Idul Adha akan meningkatkan daya beli masyarakat juga," tutupnya.
Komentar Via Facebook :