Berita / Sumatera /
Harga Selangit, Tapi Sawit Keburu Dibabat
Jambi, Elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) di Provinsi Jambi menyentuh level tertinggi. Hari ini Dinas Perkebunan Jambi mengumumkan harga tandan buah segar (TBS) untuk tanaman usia 10-20 tahun Rp 3.378,31/kg, naik Rp 94,97 dibanding pekan lalu.
Sayang, sebagian petani kelapa sawit di Desa Tanjung Makmur, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjungjabung Barat, tak ikut menikmati pesta harga TBS. Bukan karena hasil panen mereka tak laku, tapi kebun sawit mereka baru saja habis dibabat karena ikut Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
“PSR sudah dimulai sejak bulan Juni lalu. Prosesnya sekitar setahun dari mulai awal pengajuan, sekarang sebagian sudah mulai ditanam,” kata Subur Radius, petani sawit di Desa Tanjung Makmur, kepada Elaeis.co, Kamis (11/11).
Menurutnya, sudah sekitar 20 kavling lahan sawit yang digarap oleh kontraktor dan ditanami bibit sawit varietas Marihat yang disediakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. “Totalnya ada 200 kavling yang ikut PSR, kebun itu milik sekitar 200 petani,” sebut petani berusia 54 tahun tersebut.
Meski mengaku ikut senang harga sawit naik, namun Subur mengaku sedikit khawatir harga pupuk dan obat-obatan juga semakin melambung. “Takutnya setelah harga sawit turun, harga pupuk dan obat malah tidak ikut turun,” tukasnya.
Dia juga mengeluhkan harga minyak goreng yang sudah jadi kebutuhan pokok dapur ikut-ikutan naik karena harga sawit naik. “Sebenarnya kalau saya berpikirnya tidak muluk-muluk. Harga sawit ini stabil di Rp 2.000/kg saja, sudah cukup. Asal stabil saja, petani sudah merasa cukup,” ucapnya.
Dia sendiri mengaku tidak punya sumber penghasilan lain selama kebunnya di-replanting. “Sudah ada tabungan untuk masa replanting ini, karena panen baru beberapa tahun ke depan. Kalau tidak dipersiapkan, bisa bingung sendiri,” ujarnya.
Dia berencana menanam buah untuk menambah penghasilan di masa depan. “Ada tetangga kami namanya Jarudin, dia menanami pekarangannya dengan jeruk Dekopon untuk mengantisipasi harga TBS yang dahulu pernah menyentuh Rp 400/kg. Kiat Jarudin sepertinya patut dicontoh,” ucapnya.
“Petani harus putar otak agar siap menghadapi segala kondisi harga sawit. Tapi kalau ditanya, saya lebih suka harga sawit Rp 2.000/kg, tapi stabil. Langgeng, tidak naik turun,” pungkasnya.
Komentar Via Facebook :