https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Di Tapsel

Harga TBS Anjlok, Ini yang Terlihat di Wajah Petani

Harga TBS Anjlok, Ini yang Terlihat di Wajah Petani

Salah satu petani sawit binaan UD Samin. (Sumber Foto: UD Samin)


Padangsidempuan, elaeis.co  - Hj Megawati tak bisa berkata banyak melihat anjloknya harga pembelian tandan buah segar (TBS) yang terjadi selama beberapa pekan terakhir.

Petani sawit sekaligus pemilik Ram UD Samin di Desa Bandar Tarutung, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, ini hanya bisa berupaya bersikap sabar menghadapi situasi yang ada.

"Saya kan nampung buah sawit dari petani. Terlihat di wajah mereka kelusuan, kek lemas gitu melihat harga TBS yang anjlok. Semalam aja (Selasa, 17/5/2022) harga pembelian TBS di Ram kami turun menjadi Rp 1.500 per kilogram," kata Megawati kepada elaeis.co, Rabu (18/5/2022).

Penetapan harga pembelian TBS itu terpaksa dia terapkan karena harga pembelian di tingkat pabrik kelapa sawit (PKS) yang terdekat dengan Ram miliknya hanya berbeda Rp 120 per kg.

"Ada di tiga PKS di desa kami, yang terdekat itu adalah PKS milik PTPN III, jaraknya cuma 10 kilometer. Harga di situ Rp 1.650 perkg. Kalau saya jual ke PKS yang lebih jauh, bisa nambah biaya transportasi," kata Megawati.

Melihat situasi ini, ia dan suaminya sering berkomunikasi ke para petani yang rutin menyuplai TBS ke Ram mereka. Mereka meminta para petani sawit untuk bersabar dan tetap bersemangat berkebun sawit.

Mereka paham kelesuan yang muncul di wajah petani sawit itu, selain karena harga TBS yang anjlok,juga karena di saat yang bersamaan harga pupuk tak kunjung turun.

"Tapi apa mau kami bilang ke teman-teman petani. Kami transparan soal harga TBS, dan mereka juga tahu perkembangan harga sawit dari media internet dan teve. Ya, kami sabar-sabarkan saalah mereka," tegas Megawati.

Sekadarinformasi, UD Samin sendiri adalah sebuah usaha Ram yang juga banyak melakukan pembinaan ke petani sawit. UD Samin banyak dibantu lembaga penelitian sawit Koompasia Enviro Institute yang dipimpin Henry Marpaung.

Komentar Via Facebook :