https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Harga TBS di Lapangan Lebih Manusiawi Dibanding Ketetapan Pemerintah

Harga TBS di Lapangan Lebih Manusiawi Dibanding Ketetapan Pemerintah

Rudi Susanto, petani sawit swadaya di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, saat menjual hasil panennya ke ram atau peron (Dok. pribadi)


Bengkulu, Elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) di Provinsi Bengkulu ternyata tidak sesadis yang dibayangkan. Meski Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu menetapkan harga TBS tertinggi saat ini Rp 2.267,63/kg, namun kenyataan yang terjadi di lapangan berbeda.

Informasi yang dihimpun Elaeis.co dari sejumlah petani sawit swadaya, Selasa (26/10/2021), harga jual TBS di ram atau peron maupun pabrik kelapa sawit (PKS) rata-rata sudah di atas Rp 2.500/kg. 

Joko Suratno, anggota Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Kabupaten Bengkulu Utara, menyebutkan, TBS miliknya dihargai Rp 2.770/kg di PKS milik PT Sandabi Indah Lestari yang ada di Kecamatan Padang Jaya.

"Kalau di tingkat pengepul atau peron, enggak tahu persis saya karena enggak pernah jual ke sana. Tapi setahu saya selisihnya lumayan juga, Rp 150 sampai Rp 200/kg dari harga di PKS," kata Joko.

Rudi Susanto, petani sawit di Kecamatan Mukomuko, Kabupaten Mukomuko, mengatakan harga TBS para petani di wilayah itu dihargai di kisaran Rp 2.690/kg. "Itu harga peron. Kami jualnya di peron karena kebun kami agak jauh dari PKS," kata Rudi.

Sementara itu, Kepala Bidang Perkebunan (Kabidbun) Dinas Pertanian Mukomuko, Eri Siagian, mengatakan, harga TBS yang diterima petani tergantung pada sejumlah hal seperti kondisi lahan, jarak, dan lainnya.

"Namun kalau harga TBS di papan pengumuman sejumlah PKS yang ada di Mukomuko, umumnya di kisaran Rp 2.710 sampai Rp 2.830/kg," jelasnya.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Bengkulu, John Irwansyah Siregar, menyebutkan ada faktor lain yang membuat harga TBS yang diterima petani berbeda dengan yang diumumkan oleh pemerintah.

"Sekarang sawit lagi trek, suplai buah kurang, dan di saat yang sama demand atau permintaan juga tinggi. Itu penyebab pertama. Yang kedua, saat ini di Bengkulu lebih banyak hadir PKS tanpa kebun dibanding PKS yang punya kebun. Akibatnya persaingan untuk mendapatkan buah semakin ketat," bebernya. 

Komentar Via Facebook :