Berita / Sumatera /
Harga TBS Kelapa Sawit di Tingkat Petani di Kabupaten Seluma Rendah
Bengkulu, Elaeis.co - Jika di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani dihargai tinggi mencapai Rp 2.450 per kilogram, di Kabupaten Seluma justru hanya dihargai Rp 2.200 per kilogram. Padahal harga TBS kelapa sawit di tingkat pabrik di daerah ini mencapai Rp 2.510 per kilogram.
Tauke Sawit di Kabupaten Seluma, Pugantara menyebutkan, harga TBS kelapa sawit ditingkat petani dihargai Rp 2.100 sampai Rp 2.200 per kilogram. Sementara harga TBS di Pabrik Kelapa Sawit mencapai Rp 2.510 per kilogram.
"Kami membeli TBS kelapa sawit sebesar Rp 2.100 hingga Rp 2.200 per kilogram atau lebih rendah dibandingkan pabrik mencapai Rp 2.510 per kilogram," kata Pugantara, Kamis 14 Maret 2024.
Baca Juga: Sejumlah Ram di Mukomuko, Beli TBS Kelapa Sawit dari Petani dengan Harga Tinggi
Menurut Pugantara, salah satu alasan harga TBS kelapa sawit di tingkat petani begitu rendah adalah karena jarak yang harus ditempuh untuk mengambil hasil kebun petani. Dengan rata-rata jarak mencapai 30 kilometer serta medan yang cukup sulit untuk dilalui kendaraan roda empat menjadi faktor utama yang turut mempengaruhi harga.
"Kami harus menghadapi medan yang sulit dilalui kendaraan roda empat, sehingga kami membeli TBS kelapa sawit dengan harga yang lebih rendah dari pabrik," ungkapnya.
Baca Juga: Serikat Tani Bengkulu Desak Perusahaan Sawit Bangun Kebun Plasma
Kondisi ini membuat para petani di Kabupaten Seluma merasa terpinggirkan, meskipun mereka bekerja keras untuk menghasilkan kelapa sawit berkualitas.
"Kami berharap ada solusi yang bisa membantu kami mendapatkan harga yang lebih baik untuk hasil kebun kami," ujar Mulyono, seorang petani kelapa sawit di daerah tersebut.
Sementara itu, pihak pabrik kelapa sawit di daerah tersebut juga menyadari permasalahan ini. Namun, mereka mengklaim bahwa harga TBS yang ditetapkan sudah mencakup berbagai faktor termasuk biaya transportasi.
"Kami memahami kesulitan yang dihadapi petani, namun kami juga harus memperhitungkan biaya operasional kami," jelas Surya, seorang perwakilan dari pabrik kelapa sawit PT Agri Andalas.
Di sisi lain, beberapa pihak berpendapat bahwa perlu adanya upaya kolaboratif antara pabrik dan petani untuk menemukan solusi yang adil bagi kedua belah pihak.
"Kami perlu duduk bersama untuk mencari solusi yang menguntungkan semua pihak, baik petani maupun pabrik," kata Rini, seorang aktivis lingkungan yang peduli terhadap kesejahteraan petani.
Menurut Rini, pihaknya berharap adanya peningkatan infrastruktur transportasi dan pembagian biaya transportasi antara petani dan pabrik. Namun, implementasi solusi-solusi ini memerlukan kerjasama dan komitmen dari semua pihak terkait.
"Untuk meningkatkan kesejahteraan para petani kelapa sawit di daerah ini diperlukan kerjasama dan komitmen dari semua pihak terkait mulai dari peningkatan infrastruktur transportasi dan pembagian biaya transportasi antara petani dan pabrik. Sehingga petani tidak merugi," tutupnya.
Komentar Via Facebook :