Berita / Nusantara /
Harga TBS Loyo, Gubernur Bengkulu Berharap Intervensi Pemerintah Pusat
Bengkulu, elaeis.co - Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, mengungkapkan kekhawatirannya terkait harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di daerah itu. Saat ini, harga TBS kelapa sawit di Bengkulu masih stagnan di angka Rp 1.750 per kilogram, sementara harga Crude Palm Oil (CPO) telah mencapai Rp 10.815 per kilogram.
Rohidin berharap pemerintah pusat dapat memperhatikan masalah ini untuk menjaga keberlanjutan industri kelapa sawit di Bengkulu.
"Saya sangat prihatin dengan ketimpangan harga antara TBS kelapa sawit dan CPO di Bengkulu. Harga TBS yang masih rendah tidak mencerminkan nilai sebenarnya dari hasil produksi petani kelapa sawit di provinsi kami," kata Rohidin, Minggu (9/7).
Menurutnya, harga TBS yang rendah berdampak negatif terhadap petani kelapa sawit di Bengkulu. Para petani merasa terpukul dengan ketidakadilan ini, karena mereka tidak mendapatkan keuntungan yang seharusnya dari hasil panen kelapa sawit mereka.
"Petani telah berjuang keras untuk mengolah lahan dan menghasilkan TBS kelapa sawit yang berkualitas. Namun, harga yang rendah membuat mereka sulit untuk bertahan dan mendapatkan penghasilan yang layak. Kami berharap ada tindakan yang diambil pemerintah pusat untuk meningkatkan harga TBS di Bengkulu," katanya.
Dalam beberapa bulan terakhir, harga CPO telah mengalami peningkatan yang signifikan di pasar global, namun hal ini belum tercermin dalam harga TBS di Bengkulu. Rohidin menekankan perlunya adanya kebijakan yang mendorong kenaikan harga TBS agar para petani kelapa sawit di Bengkulu dapat merasakan manfaat dari kenaikan harga CPO tersebut.
"Kami membutuhkan dukungan berupa kebijakan dari pemerintah pusat untuk menyeimbangkan harga TBS dan CPO di Bengkulu. Dengan demikian, para petani kelapa sawit di daerah kami akan mendapatkan manfaat yang adil dari hasil kerja keras mereka," harap Rohidin.
Menurutnya, salah satu langkah yang dapat diambil pemerintah pusat adalah dengan memperkuat mekanisme pasar dan mengatur kebijakan yang mendorong kenaikan harga TBS kelapa sawit di daerah.
"Saya berharap pemerintah pusat dapat mendengar dan memperhatikan kebutuhan petani kelapa sawit di Bengkulu. Mereka adalah tulang punggung industri ini dan mereka perlu mendapatkan penghargaan yang pantas melalui harga TBS yang adil," tandasnya.
Pengamat Ekonomi Bengkulu, Ahmad Badawi Saluy mengatakan, industri kelapa sawit memiliki peran penting dalam perekonomian Bengkulu dan banyak petani menggantungkan nafkah keluarga pada hasil panen kelapa sawit. Oleh karena itu, kesenjangan harga yang terjadi saat ini dapat mengancam keberlanjutan industri kelapa sawit di daerah tersebut.
"Ketimpangan harga TBS dan CPO di Bengkulu dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan petani kelapa sawit dan stabilitas ekonomi daerah. Diperlukan langkah-langkah yang konkret untuk meningkatkan harga TBS agar industri kelapa sawit di Bengkulu tetap berkelanjutan," tuturnya.
Komentar Via Facebook :