Berita / Sumatera /
Harga TBS Petani Berlahan Sempit Tertekan di Tingkat Pengepul
Jakarta, Elaeis.co - Kenaikan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit belum sepenuhnya dinikmati oleh petani swadaya, apalagi yang hanya memiliki luas lahan sempit. Seperti di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara (sumut), harga TBS petani kecil belum sesuai dengan yang ditetapkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sumut karena tertekan di tingkat pengepul.
"Kalau minggu-minggu ini, harga TBS petani di tingkat pengepul sekitar Rp 1.900 per kilogram. Biasanya bervariasi, namun normalnya segitu. Ini terjadi karena pengepul yang menjemput TBS petani, istilahnya harga lapangan," kata Eko S, seorang petani sawit di Labuhanbatu kepada Elaeis.co, Senin (12/6).
Menurutnya, selisih harga antara pembelian pengepul di lapangan dengan harga patokan pabrik sekitar Rp 120 sampai Rp 150 per kilogram. “Para pengepul harus mengeluarkan biaya transportasi plus infrastruktur jalan yang mungkin rusak. Selain itu, mereka kadang harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membayar organisasi tertentu untuk pengangkutan TBS petani,” katanya.
Kalau pengepul menjual ke RAM, yakni pengepul besar yang memiliki timbangan jembatan elektronik kelapa sawit dan menjalin kontrak resmi dengan pabrik kelapa sawit (PKS), katanya, harga bisa lebih tertekan lagi. “Kalau di RAM saat ini sekitar Rp 2.000 per kilogram, bisa lebih sedikit. Tapi biasanya beda harga di RAM ke PKS sekitar Rp 100 atau Rp 120 per kilogram, tergantung kontraknya,” kata Eko.
Karena faktor selisih harga yang terbilang lumayan, Eko mengaku lebih sering menjual TBS ke RAM atau langsung ke PKS yang ada di Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, atau ke Kecamatan Pangkatan. “Di Aek Nabara setahu saya ada empat atau lima RAM, di Kecamatan Bilah Hulu ada lima PKS. Kadang saya juga melempar buah ke PKS yang ada di Kecamatan Pangkatan,” bebernya.
Tapi tidak semua petani seperti Eko, memiliki akses untuk menjual langsung TBS-nya ke pabrik.
Komentar Via Facebook :