Berita / Sumatera /
Harga TBS Turun Terus, Petani Minta Ekspor CPO Digenjot
Pasir Pangaraian, elaeis.co - Tren penurunan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hulu (rohul), Riau, belum berakhir. Dibukanya kembali keran ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya belum bisa mendongkrak harga TBS.
Pekan lalu harga TBS petani di daerah itu rata-rata dibanderol Rp 1.730 sampai Rp 1.850/kg. Sementara di tingkat PKS harga TBS terendah Rp 2.100/kg dan tertinggi Rp 2.450/kg.
Ketua Perkumpulan Pekebun Swadaya Kelapa Sawit (PPSKS) Rohul, Iksan Gunawan mengatakan, pemerintah harus mempercepat proses ekspor CPO sehingga pabrik kelapa sawit (PKS) bisa segera menyerap TBS para petani.
"Perkembangan harga TBS kelapa sawit di tingkat PKS di Rohul dalam satu pekan terakhir ini cenderung terus menurun. Pihak PKS beralasan penurunan harga ini akibat tangki penyimpanan CPO penuh. PKS masih berdalih belum bisa ekspor," kata Iksan kepada elaeis.co, Senin (13/6).
"Hasil pantauan di beberapa PKS, harga TBS sawit untuk hari ini di kisaran Rp 2.050 hingga Rp 2.100/kg. Sedangkan di tingkat petani sekitar Rp 1.400 sampai Rp 1.600/kg TBS, tergantung jarak lokasi kebun ke pabrik," tambahnya.
Diakuinya dengan kondisi seperti ini sangat memukul kehidupan para petani kelapa sawit rakyat karena biaya operasional dan perawatan kebun kelapa sawit sangat tinggi.
"Harga pupuk non subsidi seperti KCL saat ini mencapai Rp 960.000 per karung 50 kg, sedangkan pohon kelapa sawit bila tidak dipupuk dengan KCL bisa mengalami trek atau tidak mau berbuah," ujarnya.
Meski harga TBS turun, biaya upah panen kelapa sawit saat ini tak ikut turun, yakni Rp 200 per kilogram TBS. Begitu juga biaya transportasi TBS sawit ke pabrik.
"Bila kondisi seperti ini terlalu lama, bisa jadi para petani kelapa sawit rakyat gulung tikar dan tidak mampu lagi merawat kebun kelapa sawitnya. Ujung-ujungnya mereka tak sanggup membiayai sekolah atau kuliah anak-anaknya," ungkapnya.
Komentar Via Facebook :