https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Hulunisasi Penting Untuk Keberlanjutan Kelapa Sawit

Hulunisasi Penting Untuk Keberlanjutan Kelapa Sawit

Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga saat SIEXPO 2024 di Kota Pekanbaru. Foto: Syahrul


Pekanbaru, elaeis.co - Pemerintah saat ini terus gencar mendorong hadirnya produk-produk hilir kelapa sawit. Namun Menurut Sahat Sinaga, hulunisasi juga tidak kalah penting untuk berkelanjutan perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Dalam acara Siexpo 2024 di Kota Pekanbaru, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) itu menjelaskan produk hilirisasi dapat tercipta karena ada pengembangan di wilayah hulu. Dalam perkebunan kelapa sawit hulu tentu kebun kelapa sawit itu sendiri.

"Produktifitas dan produksi kebun itu perlu dijaga, dirawat bahkan dikembangkan," ujar pria yang juga Plt. Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) tersebut pada Sabtu (10/8).

Jika upaya pengembangan di hulu tersebut tidak menjadi perhatian, kata Sahat, maka kemungkinan 10 atau 20 tahun lagi tidak ada lagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Pasalnya, lanjut Sahat, hingga saat ini perkebunan kelapa sawit dihantui berbagai persolan. Mulai dari hama sampai dengan masalah lahan. Terlebih lagi ada tuduhan-tuduhan dari negara luar.

"Penyakit atau hama kelapa sawit harus menjadi perhatian serius dan tidak boleh diremehkan. Seperti misalnya Ganoderma yang saat ini justru semakin merajalela," bebernya.

Menurutnya, perkebunan kelapa sawit harus berkaca dengan nasib perkebunan tebu yang sebelumnya menjadi komoditi andalan di Indonesia. Saat ini, nasibnya memperihatinkan lantaran terserang wabah Sugarcane Mosaic Virus (SCMV) .

"Tebu saat ini hampir hilang dari Indonesia. Ini lantaran terserang virus yang pengendaliannya tidak dilakukan secara maksimal," bebernya.

"Jadi jangan mentang- mentang Presiden bilang hilirisasi maka kita hanya fokus hilirisasi. Hulunisasi juga penting," imbuhnya.

Sahat menyebut, saat ini produksi kelapa sawit di Malaysia juga mengalami penurunan. Sementara Indonesia menurut GAPKI stagnan, artinya masih ada potensi perkebunan di Indonesia untuk kembali bangkit.

"Saya berpendapat sawit adalah Indonesia, Indonesia itu harusnya sama dengan sawit. Sedangkan sawit adalah soko guru (tonggak) dalam pengembangan perekonomian Indonesia," tandasnya.


 

Komentar Via Facebook :