Berita / Sumatera /
Ikut PSR, Sawit Tua Jadi Tumpuan Nafkah Keluarga
Jambi, Elaeis.co - Di saat kebun sawitnya seluas dua hektar di-replanting, Koko, petani di Desa Tanjung Makmur, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (tanjabbar), Provinsi Jambi, mengandalkan pekarangannya sebagai sumber ekonomi keluarga.
Di pekarangan sekeliling rumahnya seluas setengah hektar itu tumbuh lebih 70 batang sawit. Saat semua kelapa sawit di kavlingnya ikut program peremajaan sawit rakyat (PSR), tanaman sawit di pekarangannya tidak ikut ditumbang.
“Usianya sama dengan kavling yang ikut PSR, tahun tanam 1991. Sudah 30 tahunlah,” kata Koko kepada elaeis.co, Rabu (17/11) sore.
Meski berusia tua, menurutnya, sawit yang menjulang tinggi itu masih menghasilkan buah yang lumayan.
“Memang produksinya sudah berkurang. tapi masih bisalah diandalkan. Cuma lahan pekarangan begini masih bisa dapat 1 ton sebulan,” sebut Koko.
Meski hanya ditanami di sekitar pekarangan, Koko mengaku merawat pohon sawitnya itu dengan baik. "Rutin diberi pupuk. Dengan perawatan yang baik, hasil yang didapatkan akan setimpal," ujarnya.
Namun dia mengeluhkan harga pupuk yang saat ini seolah tak terkendali.
“Beberapa waktu lalu kami beli pupuk KCL Rp 320 ribu per karung, sekarang sudah Rp 580 ribu, gila ini. Kalau minyak goreng naik, masih masuk akal, karena harga CPO naik. Kalau pupuk apa penyebabnya, jelas ini aji mumpung aja,” tandasnya.
Dia sangat bersyukur saat ini harga TBS di tingkat petani sudah menyentuh Rp 2.900/kg, naik Rp 200 dari bulan lalu. "Hasil 1 ton dari pekarangan cukup untuk kebutuhan keluarga. Saya sangat bersyukur, sebab hanya itu sumber pemasukan. Lahan kavling sawit kami baru mulai ditanami bibit, panennya masih lama," katanya.
“Semoga harga sawit tetap stabil, tapi harga pupuk jangan naik kelewat tinggilah. Supaya kami bisa bertahan dari hasil pekarangan selama kavling belum menghasilkan,” imbuhnya.
Komentar Via Facebook :