https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

India Buka Kebun Sawit, Paling Tidak Ada Saingan Indonesia

India Buka Kebun Sawit, Paling Tidak Ada Saingan Indonesia

Ilustrasi/Reuters


Palembang, elaeis.co - Pembukaan kebun kelapa sawit yang dilakukan India menjadi perbincangan sejumlah pihak. Tentu terkait prediksi apakah akan berdampak terhadap produksi CPO Indonesia di pasar Internasional.

Sebab India menargetkan akan bangun 2 juta hektare kebun sawit sepanjang 4 tahun mendatang.

Menurut Sekretaris DPW APKASINDO Sumsel, M Yunus paling tidak dengan India membuka kebun kelapa sawit muncul saingan baru bagi Indonesia. "Tapi enggak perlu khawatir lah, sebab pendudukan terus bertambah," kata dia kepada elaeis.co, Selasa (23/8).

Namun menurutnya lebih baik pemerintah fokus terhadap peningkatan produksi dan kesejahteraan petani. Seperti rencana APKASINDO yang akan membangun pabrik minyak makan merah dan pabrik CPO di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel). Sebanyak 13 pabrik rencana akan dibangun. Yakni 9 pabrik minyak merah dan 4 pabrik CPO.

Jika rencana ini terealisasikan, kata Yunus, maka potensinya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sebab harga tandan buah sawit pasti akan semakin baik lantaran serapan hasil panen juga maksimal 

"Pasti bagus, jika jadi dibangun," kata dia.

Saat ini kondisi harga kelapa sawit Sumsel masih terseok-seok. Meski harga penetapan mengalami kenaikan namun harga di lapangan khususnya petani swadaya masih cukup rendah.

Kenaikan harga belum sepenuhnya memuaskan hati para petani kelapa sawit. Pasalnya harga saat ini belum kembali normal seperti harga sebelum dilakukan penutupan ekspor CPO yang dilakukan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Dimana kala itu harga TBS mampu di atas Rp3.000/kg. Sementara saat ini harga tertinggi masih berada di angka Rp2.000/kg.

Menurutnya, banyak kebijakan pemerintah yang perlu dirampingkan untuk mendongkrak harga TBS. Setelah itu yang terpenting menurutnya, pemerintah harus melakukan monitoring, evaluasi dan penindakan. Khususnya terhadap pabrik kelapa sawit yang masih enggan membeli TBS petani dengan harga yang wajar.

"Masih banyak PKS yang belum mau membeli TBS dengan harga wajar sesuai pasar. Ini yang harus diperhatikan pemerintah," ujarnya.

Menurutnya, tindakan itu ditunggu para petani saat ini. Sebab dari pengamatannya pabrik-pabrik saat ini justru seperti kompak dalam menentukan harga TBS petani. 

"Mereka ini seperti orkestra, naik turunkan harga. Jika turun langsung anjlok, namun seperti enggan menaikan harga kembali. Bertahap dan sangat tipis," bebernya.

Komentar Via Facebook :