Berita / Nusantara /
Industri Sawit Harus Manfaatkan Isu Kedelai Transgenik
Medan, Elaeis.co - Penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang berujung pada penurunan harga tandan buah segar (TBS) petani sawit dinilai tidak seharusnya terjadi. Isu kedelai transgenik, kedelai yang telah mengalami rekayasa genetika (GMO, Genetically Modified Organism), bisa menjadi celah untuk mendongkrak harga jual CPO Indonesia di pasar minyak nabati global.
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategi Policy Institute (PASPI), Dr Ir Tungkot Sipayung, mengatakan, isu GMO di Amerika Serikat (AS) dan China sebenarnya menguntungkan industri sawit nasional. “Jadi, di AS dan China ada perkembangan yang menarik. Industri pangan dan masyarakat di kedua negara itu mulai menolak penggunaan kedelai sebagai bahan pangan karena dianggap mengandung GMO,” katanya kepada Elaeis.co kemarin.
Menurutnya, industri pangan di AS dan China secara pasti mulai menggunakan minyak sawit sebagai pengganti kedelai. Bahkan di China dikabarkan industri katering dan restoran mulai menolak kedelai yang mengandung GMO.
“Selama ini 70 persen pasokan kedelai di China didatangkan dari AS, Argentina, dan Brazil. Nah, seluruh kedelai impor itu diketahui 95 persennya mengandung GMO sehingga ditolak konsumen di China,” ungkapnya. Kondisi itulah yang menurutnya menyebabkan China meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia.
Presiden AS, Joe Biden, katanya, juga punya karakter pro lingkungan dan kesehatan sehingga tegas menolak kedelai yang mengandung GMO. Sebagai pengganti kedelai untuk bioiesel, Biden tampaknya mulai melirik sawit. “Biden mulai mencari bahan bakar yang renewable, efektif, dan efesien dalam menggunakan lahan. Dan itu ada di sawit,” pungkasnya.
Komentar Via Facebook :