https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Industri Sawit Malaysia Dihantui Imaji 3D

Industri Sawit Malaysia Dihantui Imaji 3D

Ilustrasi tenaga kerja asing di kebun sawit di Sarawak, Malaysia (Sarawakreport.org)


Jakarta, Elaeis.co - Industri sawit Malaysia saat ini menghadapi dua tantangan sekaligus. Di luar negeri diserang kampanye negatif atau black campaign dari negara produsen minyak nabati nonsawit, sementara di dalam negeri didera krisis tenaga kerja.

Seman Sendjaja, Direktur Keuangan PT Cisadane Sawit Raya, mengatakan, salah satu tantangan terberat yang dirasakan Malaysia saat ini adalah keengganan warganya untuk terlibat lebih jauh dalam industri sawit.

“Ini yang sedang terjadi di Malaysia, produsen sawit terbesar kedua di dunia. Negara jiran ini sedang menghadapi bahaya 3D yang tumbuh di tengah masyarakatnya,” katanya dalam acara Ngobrol Sawit (Ngobras) yang diikuti Elaeis.co secara daring, kemarin malam.

3D yang dimaksudnya adalah dirty, dangerous, dan demeaning. “Muncul anggapan di masyarakat Malaysia bahwa bekerja atau berkutat di subsektor perkebunan sawit itu adalah dirty atau jorok, dangerous atau bahaya, dan demeaning atau sangat merendahkan,” bebernya.

Imaji tersebut menyebabkan banyak warga Malaysia enggan terjun ke perkebunan sawit dan dampaknya sangat dirasakan negara itu ketika pandemi Covid-19 merebak. Di saat ekonomi Indonesia bisa bertahan kuat karena sawit, sektor perkebunan di Malaysia justru goyang karena banyak kehilangan tenaga kerja asing.

“Tak ada orang Malaysia yang mau kerja di perkebunan sawit. Akibatnya, saat pandemi kayak begini, industri perkebunan sawit mereka kesulitan sebab tenaga kerja asing yang selama ini bekerja untuk mereka telah dipulangkan,” jelasnya.

Ia mengakui aktifitas di sektor perkebunan sawit sangat menyita waktu dan energi. “Sangat melelahkan, tapi banyak cuannya juga kan,” ujarnya.

Dia mengingatkan semua pihak agar apa yang terjadi di Malaysia tidak terjadi di Indonesia. “Seluruh stakeholder sawit, termasuk para generasi muda yang mengenyam pendidikan di kampus berbasis sawit, harus ikut menjaga dan mengembangkan industri perkebunan sawit nasional,” pungkasnya.


 

Komentar Via Facebook :