Berita / Nusantara /
Inflasi Nanjak, Petani Sawit Bengkulu Menjerit
Bengkulu, elaeis.co - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu menyampaikan, inflasi tahunan di Bengkulu yang tercatat mencapai 6,03 persen pada Juli 2022 lalu membikin petani kelapa sawit di daerah itu semakin menderita.
Pasalnya, inflasi tersebut telah menyebabkan harga kebutuhan pokok mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal pun mengingatkan pemerintah daerah agar berhati-hati, karena angka inflasi tahunan hingga Juli 2022 telah mencapai 6,03 persen.
Sebab, menurutnya angka inflasi tersebut termasuk tinggi, bahkan lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bengkulu hanya 3 persen.
"Ini warning bagi pemerintah, kalau terus naik maka daya beli masyarakat khususnya petani kelapa sawit akan menurun," kata Win, kemarin.
Win mengaku, turunnya daya beli disebabkan karena rata-rata masyarakat Bengkulu bekerja sebagai petani kelapa sawit. Jika harga komoditas pangan meningkat, maka petani kelapa sawit akan memilih untuk menunda membeli berbagai macam barang dan kebutuhan.
"Daya beli mereka (petani sawit) pasti turun kalau inflasi terus naik, orang tidak naik saja daya beli mereka saat ini sudah rendah," ujar Win.
Win mengatakan, penyebab daya beli petani sawit rendah karena harga tandan buah segar (TBS) mengalami penurunan signifikan dari Rp 3.500 per kilogram pada Maret, menjadi Rp1.450 per kilogram di awal Agustus 2022.
"Kalau harga TBS rendah tentu saja daya beli mereka juga menjadi rendah," tuturnya.
Oleh sebab itu, Win meminta agar pemerintah dapat menjaga angka inflasi di daerah. Jangan sampai angka inflasi terus mengalami kenaikan. Karena hal tersebut akan menyebabkan daya beli menurun dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.
"Ini tugas pemerintah baik di daerah maupun pusat, kita harapkan inflasi daerah dan nasional tetap terjaga pada range 3 plus minus 1 persen," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :