https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Ingin Naikkan Harga Jual, tapi Tak Tega

Ingin Naikkan Harga Jual, tapi Tak Tega

Pekerja menggiling kedelai untuk membuat tahu. Foto: Warta Kota/Muhammad Azzam


Rengat, elaeis.co - Pelaku usaha pembuatan tempe dan tahu di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau, tidak punya pilihan lain kecuali tetap berjualan meski harga kacang kedelai sebagai bahan baku mengalami lonjakan.

Narset, seorang pemilik industri rumah tangga pembuatan tahu di Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat, mengaku ketar ketir menghadapi situasi harga kedelai saat ini.

"Saya masih produksi tahu dan tempe. Sampai sekarang harga jual masih tetap, belum dinaikkan meski harga kedelai makin mahal," katanya kepada elaeis.co, kemarin.

Karena biaya produksi naik, Narset terpaksa mengurangi jumlah produksi. "Kalau biasanya 100 kilogram per hari, sekarang menjadi 50 kilogram saja," jelasnya.

Lebih lanjut dia menyebutkan, pertimbangan untuk tidak menaikkan harga tempe dan tahu karena tidak sampai hati di saat kondisi masyarakat yang sedang susah.

"Kalau kita naikkan harga jual tempe dan tahu, atau mengecilkan ukurannnya, bisa-bisa tidak laku. Apalagi daya beli masyarakat belum pulih imbas pandemi Covid-19," katanya.

"Saya menyadari, peminat atau yang mengkonsumsi tempe dan tahu mayoritas adalah mereka yang ekonominya menengah ke bawah," tambahnya.

Narset mengakui kenaikan bahan baku tahu dan tempe ini sangat memberatkan pelaku usaha sepertinya. Menurutnya, kondisi ini mulai dirasakan secara bertahap sejak tahun 2019 lalu dan di tahun 2022 harga kedelai melonjak makin tinggi.

"Saat ini harga kedelai naiknya mencapai 50% dari harga sebelumnya. Dulunya Rp 6.700/kg, sekarang menjadi Rp 11.500/kg," ungkapnya.

"Kami sebagai pelaku usaha kecil menengah belum mengetahui persis apa penyebab harga kedelai melonjak. Kami fokus bagaimana usaha bisa bertahan di tengah situasi bahan baku yang melambung," imbuhnya. 


 

Komentar Via Facebook :