Berita / Pasar /
Ini Kata Petani Sawit dan Ekonom Terkait Nasib Harga CPO
MEDAN, elaeis.co - Pada akhir pekan lalu, terutama sepanjang Kamis dan Jumat, 12-13 September 2024, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan yang beruntun, yakni sebanyak Rp 48 dan Rp 35 per kilogram (Kg).
Menurut data yang dimiliki elaeis.co, Selasa, 17 September 2024, penurunan berturut-turut tersebut akhirnya membuat harga CPO turun menjadi Rp 13.035 per Kg berdasarkan hasil tender yang diselenggarakan oleh PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN).
Situasi ini tentu tidak bisa dipandang remeh, mengingat kini harga CPO sudah mendekati level Rp 13.000, dan berpotensi jeblok kembali ke level Rp 12.900-an per Kg seperti pada pertengahan hingga akhir Agustus 2025.
Baca juga: Akhirnya Terungkap Penyebab Anjloknya Harga CPO pada Pekan Lalu
Setelah proses tender yang menghasilkan penurunan harga CPO tersebut, Indonesia memasuki sesi libur panjang, yakni mulai Sabtu, Minggu, hingga libur keagamaan pada hari Senin (16/9/024), yang lalu.
Dengan berbagai situasi di atas, bagaimanakah kemungkinan nasib harga CPO pada tender PT KPBN periode Selasa sore ini?
"Sangat riskan (hasil tender PT KPBN - red), bisa jadi pecah kembali ke Rp 12.000 per Kg," ucap Gus Dalhari Harahap selaku Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Baca juga: Dukung Program B50, Indonesia Harus Genjot Produksi CPO
Tetapi ia tidak pesimis melulu. Ada setitik optimisme di benak Gus Dalhari Harahap, terutama bila dikaitkan dengan libur panjang selama akhir pekan yang lalu.
"Tetapi bisa jadi rebound (harga CPO kembali ke level di atas Rp 13.035 per Kg - red). Kan ada libur nasional kemarin," tutur Gus Dalhari Harahap menambahkan.
Secara terpisah, ekonom asal kota Medan, Gunawan Benjamin, sempat mengungkapkan keheranannya terhadap hasil tender PT KPBN pada akhir pekan lalu.
"Padahal jika berkaca kepada harga CPO dunia, justru mengalami kenaikan dari RM 3.850 per ton pada hari Kamis, menjadi sekitar RM 3.905 per ton," ungkap akademisi dari kampus Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini.
Tetapi ia akhirnya maklum dengan perkembangan harga CPO tersebut setelah melihat nasib mata uang Rupiah yang terus mengalami penguatan terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Harga CPO di Riau Membubung
"Penurunan harga CPO ini, menurut saya, salah satunya didorong oleh penguatan mata uang Rupiah terhadap US Dolar," ujar pengajar mata kuliah ekonomi syariah tersebut.
Kata Gunawan, secara keseluruhan, penguatan Rupiah akan menjadi angin segar bagi kondisi ekonomi makro yang lebih terkendali.
Menurutnya, ekonomi di Tanah Air secara umum justru akan lebih banyak mendapatkan manfaat dari penguatan mata uang Rupiah itu sendiri.
Meskipun, ucap Gunawan melanjutkan, tidak semua sektor ekonomi akan diuntungkan dari penguatan Rupiah, terlebih bagi kinerja ekspor di wilayah Sumatera Utara, termasuk ekspor CPO.
Gunawan sendiri melihat sejauh ini mata uang Rupiah terus menguat sebesar Rp 15.350 per US Dollar di pasar keuangan pada Selasa pagi ini, termasuk pada awal perdagangan di bursa saham.
Komentar Via Facebook :