https://www.elaeis.co

Berita / Komoditi /

Ini Keluhan Petani Sawit di Tengah Harga Tinggi, Salah Satunya Ninja

Ini Keluhan Petani Sawit di Tengah Harga Tinggi, Salah Satunya Ninja

Wakil Sekretaris I APKASINDO Sumatera Barat, Wily Novranita. Ist


Jakarta, Elaeis.co - Harga TBS di wilayah Sumatera Barat cenderung tinggi. Saat ini bahkan masih bertengger di Rp3.400 per kilogram. Namun harga tinggi tidak sepenuhnya menjamin kesejahteraan petani.

Banyak petani kelapa sawit di wilayah itu justru mengeluhkan sejumlah permasalahan. Di antaranya yakni meningkatnya tindak pidana di sektor perkebunan kelapa sawit, seperti pencurian buah kelapa sawit.

"Ya sudah menjadi hal yang lumrah jika harga tinggi, pencurian buah kelapa sawit ya meningkat," ujar Wakil Sekertaris I APKASINDO Sumatera Barat, Wily Novranita, kepada Elaeis.co Selasa (14/12).

'Ninja sawit' begitu sebutan pencurian itu lebih dominan terjadi di kebun milik masyarakat yang dikelola secara pribadi (petani swadaya). Sebab kebanyakan petani tidak menjaga kebunnya. 

"Kalau perkebunan plasma otomatis ada penjagaan bahkan bekerjasama dengan pihak kepolisian," terangnya.

Wily sempat mendengar perusahaan atau koperasi bahkan sampai mengeluarkan biaya hingga Rp100 juta tiap bulan untuk membayar kemanan tadi. 

"Kalau petani swadaya ya pasti gak mampu. Maka pilihannya ya menjaga kebunnya masing-masing. Kecuali mereka membuat kelompok tani," paparnya.

Di luar itu keluhan lain yakni terkait tingginya harga pupuk yang berapa bulan belakangan ini terjadi. Akibatnya, petani saat ini terhambat untuk melakukan perawatan terhadap kebun kelapa sawit miliknya.

"Harga sawit tinggi, harga pupuk tinggi juga. Jadi harga tinggi tidak seutuhnya membuat petani aman," terangnya.

Harga pupuk yang melambung tadi dinilai menambah beban para petani yang justru ditolak oleh perusahaan kelapa sawit saat mengajukan kerja sama. 

Alasannya karena kurangnya perawatan kebun seperti pemupukan dan lain sebagainya.  Kemudian juga karena hasil produksi yang kurang berkualitas lantaran bibit yang ditanam bukanlah bibit unggul.

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :