https://www.elaeis.co

Berita / Lingkungan /

Ini Sederet Negara yang Masih Gemar Menggunduli Hutan

Ini Sederet Negara yang Masih Gemar Menggunduli Hutan

Asap kebakaran hutan di Kalimantan. ©TRI ISWANTO/AFP


Jakarta, Elaeis.co - Para pemimpin dunia di KTT iklim PBB COP26 di Glasgow, Skotlandia, berjanji untuk mengakhiri penggundulan hutan pada 2030.

Ada berbagai upaya lainnya untuk melindungi hutan, tapi adakah kemajuan yang telah dibuat?

Seberapa parah penggundulan hutan sekarang?

Seperti diketahui, hutan menyerap jumlah besar karbon dioksida atau CO2 – penyumbang utama pemanasan global. Jadi menggunduli hutan bisa memiliki dampak besar terhadap perubahan iklim.

Dikutip dari BBC, Rabu (3/11), PBB mengatakan, 420 juta hektar hutan musnah sejak 1990. Pertanian menjadi penyebab utamanya.

Ada berbagai upaya untuk melindungi hutan sebelumnya. Pada 2014, PBB mengumumkan sebuah kesepakatan memangkas penggundulan hutan pada 2020 dan mengakhirinya pada 2030. Lalu pada 2017, PBB menentukan target lainnya untuk meningkatkan lahan hutan sebesar 3 persen di seluruh dunia pada 2030.

Tetapi penggundulan hutan terus berlanjut pada “tingkat yang mengkhawatirkan”, menurut laporan 2019, dengan konsekuensi serius terhadap upaya melawan perubahan iklim.

Ada beberapa penghijauan atau reboisasi, melalui penanaman atau tumbuh alami, tapi pohon membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum mereka benar-benar bisa menyerap CO2.

Selama satu dekade terakhir, 4,7 juta hektar hutan musnah setiap tahunnya, di mana Brasil, Republik Demokratik Kongo, dan Indonesia di antara negara-negara yang paling parah terkena dampak. Dilansir merdeka.com.

Berdasarkan data World Resource Institute, Global Forest Review, dari 2002 sampai 2020, luas hutan yang hilang di Brasil mencapai 26,2 juta hektar, menyusul Indonesia seluas 9,7 juta hektar, RD Kongo seluas 5,3 juta hektar, dan Bolivia kehilangan 3 juta hektar.

Pembalakan liar di Brasil

Sebanyak 60 persen hutan hujan Amazon berada di Brasil, dan memiliki peran sangat penting dalam menyerah CO2 yang berbahaya yang bisa menembus atmosfer.

Setelah sempat turun sejak 2004, penggundulan hutan di Amazon kembali meningkat, menurut National Space Research Institute (INPE) Brasil. Pada 2020, tingkat penggundulan hutan tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mengatakan kepada PBB, per Agustus 2021, penggundulan hutan di Brasil turun dibandingkan dengan 2020. Namun, angka penggundulan hutan masih tetap lebih tinggi daripada sebelum dia menjabat pada 2019.

Imazon – sebuah lembaga penelitian yang fokus ke Amazon – mengatakan datanya tidak menunjukkan angka penggundulan hutan menurun tahun ini.

Bolsonaro telah dikritik karena kebijakan-kebijakan “anti-lingkungan”, seperti mendorong pertanian dan pertambangan di Amazon.

Dia telah memangkas anggaran badan-badan pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengusut petani dan pembalak yang melanggaran UU lingkungan. Denda untuk pembalakan liar turun sampai 20 persen pada 2020.

Angka tepatnya tidak tersedia, tapi penelitian terbaru mengatakan sebanyak 94 persen penggundulan hutan dan penghancuran habitat di Brasil bisa jadi ilegal.

Brasil bukan satu-satunya negara yang bertanggung jawab atas penggundulan hutan Amazon, negara tetangganya seperti Bolivia juga berkontribusi.

Tahun lalu, Bolivia kehilangan hampir 300.000 hektar hutan tropis – keempat tertinggi di dunia.

Pembalakan liar di RD Kongo

Cekungan hutan Kongo adalah hutan hujan terbesar kedua di dunia. Lebih dari setengahnya membentang di dalam wilayah RD Kongo.

Greenpeace mengatakan pembalakan liar baik oleh perusahaan besar dan kecil, menyebabkan penggundulan hutan. Walaupun Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang impor ilegal kayu, namun balok-balok kayu masih diselundupkan keluar negara tersebut.

Ancaman lainnya termasuk skala kecil pertanian, pembukaan lahan untuk arang dan bahan bakar, ekspansi masyarakat kota dan pertambangan.

Dalam lima tahun terakhir, hutan yang hilang dalam setahun hampir setengah juta hektar, menurut Global Forest Watch.

Presiden RD Kongo, Felix Tshisekedi bulan lalu memerintahkan audit beberapa penyewaan yang dialokasikan untuk hutan tanaman masyarakat, di tengah tuduhan korupsi. Langkah tersebut disambut baik oleh aktivis lingkungan.

Namun awal tahun ini, pemerintah juga mengumumkan sebuah rencana untuk mencabut larangan yang dikeluarkan pada 2002 terkait operasi pembalakan baru, walaupun belum diterapkan.

Greenpeace mengatakan itu akan berlawanan dengan komitmen yang dibuat awal tahun ini untuk melindungi hutan dan meningkatkan luas hutan sampai 8 persen.

Lahan sawit di Indonesia

Indonesia berada di antara lima besar negara di dunia yang kehilangan hutan dalam jumlah besar selama dua dekade terakhir.

Menurut data Global Forest Watch, Indonesia kehilangan 9,75 juta hektar hutan antara 2002 dan 2020.

Presiden Joko Widodo pada 2014 berjanji untuk menindak tegas kasus penggundulan atau perusakan hutan dengan mengatasi penyebab utamanya yaitu pembukaan lahan untuk perkebunan sawit. Menurut data pemerintah, sebanyak 80 persen kebakaran hutan bertujuan untuk pembukaan lahan sawit.

Pada 2016, rekor 929.000 hektar hutan hilang, tapi ada penurunan tetap angka penggundulan hutan sejak saat itu.

Pada 2020, hutan yang hilang turun menjadi 270.000 hektar.

Pada 2019, Presiden Jokowi menerbitkan moratorium tiga tahun pembukaan lahan baru di hutan, meliputi sekitar 66 juta hektar hutan primer dan lahan gambut. Kebijakan ini diperpanjang tahun ini tanpa batas waktu. 

Komentar Via Facebook :