https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Insinyur Indonesia Ikut Bangun Roket NASA untuk Misi ke Bulan

Insinyur Indonesia Ikut Bangun Roket NASA untuk Misi ke Bulan

(Screenshot via web Nasa.gov)


Pekanbaru, Elaeis.co - Insinyur Boeing di New Orleans asal Indonesia, Marko Djuliarso ikut andil untuk membangun roket buatan NASA yang direncanakan untuk membawa astronaut ke Bulan pada 2024 mendatang.

Roket yang akan digunakan untuk misi NASA ke Bulan pada 2024 adalah roket SLS (Space Launch System) yang disebut akan jadi roket terkuat. Sebab, roket ini mesti membawa muatan yang cukup banyak untuk misi Artemis tersebut.

Pasalnya, salah satu ambisi Artemis adalah menempatkan manusia di Bulan selama seminggu. Sehingga roket ini mesti mengangkut kapal ruang angkasa Orion, astronaut, dan kargo besar ke Bulan dalam satu kali penerbangan.

Nantinya, roket ini juga akan digunakan untuk misi ilmiah mengirimkan robot ke planet-planet lain seperti Bulan, Mars, Saturnus dan Jupiter.

Dalam misi roket ke Bulan itu, Marco banyak fokus dalam penjadwalan, biaya, kualitas serta analisis data.

"Fokus di penjadwalan, biaya, kualitas, selain itu juga banyak menganalisa data," ujar Marco.

Lebih lanjut ia mengatakan roket Space Launch System merupakan sebuah proyek paling keren yang dibuat NASA. Maco merasa beruntung bisa turut ambil bagian dari pembangunan tersebut.

Marco mengatakan misi pertama itu hanya dilakukan untuk peluncuran ke Bulan. Namun, mereka juga menargetkan untuk mencapai ke Mars dan planet lain.

Marco memiliki gelar pendidikan dari Universitas Tennessee, Universitas Teknologi Nanyang Singapura dan Universitas Southern California. Ia mengaku tidak pernah bercita-cita untuk berkarir ke dunia aerospace.

"Nggak pernah bercita-cita untuk berkarir ke roket apalagi ke aerospace, Bapak saya nganjurin ambil aja industrial engineering atau teknik industri, Sebagai anak yang baik saya ikuti saja" kata Marco, seperti dikutip VOA.

Melansir laman LinkedIn, Margo sudah bekerja di Boeing sejak Oktober 2010. Sejak saat itu, ia kerap berpindah negara untuk mengerjakan berbagai proyek Boeing, tak hanya di AS, tapi sempat juga ke Kanada dan Italia.

Kisah Marko masuk ke perusahaan Boeing bermula pada 2009 ketika ekonomi AS sedang kesulitan. Krisis ekonomi pada 2008, membuat Marko kehilangan pekerjaan dan mesti melamar ke lebih dari 100 pekerjaan selama enam bulan.

"Ekonomi kan lagi susah di tahun 2009, jadi saya banyak melamar kerja di AS. Selama enam bulan saya kira mungkin melamar 100 kerjaan," ujarnya.

Namun pada saat ia bekerja di perusahaan produksi jendela di Dallas, AS. Ia mendapat tawaran dari perusahaan penerbangan Boeing untuk bekerja di sana.

"Saya juga udah lupa pernah wawancara sama Boeing dan pernah melamar ke Boeing. Jadi setelah pikir-pikir sedikit saya dan Vieda (istri saya) memutuskan untuk ambil kerjaan di Boeing dan pindah ke daerah Seattle, Washington."

Selama di Boeing ia terlibat dalam beberapa proyek pesawat komersial, di antaranya Boeing 787 dan Boeing 777 hingga ia akhirnya menggarap roket untuk NASA di New Orleans, AS.

Misi Artemis I NASA dijadwalkan akan diluncurkan pada November 2021. Namun, misi itu tidak akan membawa awak. Penerbangan Artemis I akan menggunakan roket SLS.

Saat ini roket raksasa SLS masih dalam tahap uji coba dan akan lepas landas untuk pertama kalinya dengan kapsul Orion.

Selanjutnya akan ada misi Artemis II, pada tahun 2023 akan membawa astronout mengelilingi Bulan tetapi tidak akan mendarat.

Sementara misi Artemis III akan dilakukan pada 2024 untuk membawa astronaut tinggal di Bulan selama seminggu dan akan mengerjakan dua hingga lima aktivitas luar angkasa.

CNN Indonesia

 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :