Berita / Sumatera /
Jangan Jadi Jago Kampung, Pengusaha Lokal Ditantang Ekspor CPO
Bengkulu, elaeis.co - Potensi bisnis minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Bengkulu sangat menggiurkan. Namun bisnis ini sepertinya belum digarap maksimal oleh pengusaha lokal.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bengkulu pun mengajak pengusaha lokal yang ada di daerah itu menjadi eksportir CPO.
Kepala Karantina Pertanian Bengkulu, drh Bukhari mengatakan, sebenarnya banyak hasil pertanian Bengkulu yang bisa digarap oleh pengusaha dan dijadikan komoditas ekspor.
“Salah satunya adalah CPO, potensi ekspormya dari Bengkulu masih terbuka lebar. Karena memang belum ada yang mengekspor komoditas ini di daerah," kata Bukhari, kemarin.
Dia menantang agar pengusaha lokal berani tampil sebagai eksportir CPO karena pasar di luar negeri juga terbuka lebar.
"Kita ajak pengusaha lokal untuk bisa berdagang lintas negara, tidak hanya lokal. Kirim ke luar negeri, untungnya cukup besar juga," ujarnya.
Menurutnya, jadi eksportir CPO sama sekali tidak ada ruginya. Kalkulasi sederhananya begini. Misalkan eksportir membeli CPO sesuai harga tender di KPBN Rp 10.000/kg, maka untuk membeli 1 ton CPO modalnya Rp 10 juta. Jika dijual ke importir di India USD 1.100/ton atau Rp 16,5 juta/ton (kurs US$1=Rp 15.000) termasuk biaya asuransi dan pengangkutan, maka pengusaha dapat untung Rp 6,5 juta/ton.
"Tidak ada ruginya mengekspor. Apalagi kalau pengusaha tersebut telah memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) sendiri, maka untungnya jelas lebih besar lagi," tukasnya.
Sayangnya, katanya, PKS di Bengkulu lebih memilih menjual CPO kepada eksportir di luar daerah. Hal tersebut dilakukan karena mereka rata-rata tidak ingin direpotkan dalam pengurusan ekspor CPO dan lainnya.
"Kalau kami lihat, memang rata-rata CPO dijual seperti ke Pelabuhan Telur Bayur di Padang, Sumatera Barat. Itu lebih simple menurut mereka, karena tidak perlu mengurus izin dan dokumen lainnya," tutupnya.
Komentar Via Facebook :