https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Jengkol Diklaim Lebih Menguntungkan dari Kelapa Sawit, Iyakah?

Jengkol Diklaim Lebih Menguntungkan dari Kelapa Sawit, Iyakah?

Warga memanen jengkol dari kawasan perhutanan sosial. foto: ist.


Bengkulu, elaeis.co - Perwakilan Kelompok Perempuan Pengelola Hutan dan Usaha Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Bengkulu, Intan Yones Astika, mengklaim budidaya jengkol lebih menguntungkan dari pada kelapa sawit.

Salah satu keunggulan utamanya adalah satu pohon mampu menghasilkan hingga 1 ton jengkol jika sudah mencapai usia tanaman yang matang.

Astika lantas menjelaskan keuntungan budidaya jengkol terkait dengan modal kerja. Meskipun panen hanya dilakukan dua kali dalam setahun, pendapatan yang didapatkan dari penjualan jengkol adalah penghasilan bersih tanpa adanya pengeluaran untuk biaya perawatan dan pemupukan. "Berbeda dengan budidaya kelapa sawit, untuk jengkol tak ada biaya perawatan yang harus dikeluarkan," paparnya, Senin (3/7).

Kelebihan inilah yang membuat budidaya pohon jengkol menjadi pilihan yang menjanjikan bagi petani dan pengelola hutan. "Budidaya pohon jengkol adalah alternatif yang lebih baik dari pada kelapa sawit. Selain menghasilkan tonase yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat, pohon jengkol juga mengurangi biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh petani. Ini membantu meningkatkan keuntungan mereka secara keseluruhan," tukasnya.

Terkait dengan keberlanjutan lingkungan, Astika menyatakan bahwa budidaya tanaman jengkol juga memiliki manfaat positif. Tanaman jengkol tidak memerlukan pemupukan kimia yang berlebihan dan dapat ditanam tanpa merusak tanah secara ekstensif seperti kelapa sawit.

Dengan demikian, budidaya tanaman jengkol dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati di daerah sekitar. "Kami mendorong petani dan pengelola hutan untuk mempertimbangkan budidaya pohon jengkol sebagai alternatif yang berkelanjutan. Selain memberikan manfaat ekonomi, ini juga berkontribusi pada pelestarian alam dan lingkungan," ujarnya.

Pernyataan Astika menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan opsi budidaya yang berkelanjutan dalam pengelolaan hutan dan usaha hasil hutan bukan kayu. Dengan memilih budidaya pohon jengkol, para petani dapat mengoptimalkan penghasilan mereka, sambil melindungi lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi industri pertanian.

"Budidaya tanaman jengkol sangat bagus dan menguntungkan karena per kilogram jengkol bisa dihargai sampai Rp 30 ribu. Artinya para petani dapat mengoptimalkan penghasilan mereka sambil melindungi lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi industri pertanian," tutupnya.
 

Komentar Via Facebook :