https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Jomplang Produksi Sawit Ketimbang Jumlah Pabrik, Jambi Butuh Tambahan 12 Pabrik Kelapa Sawit

Jomplang Produksi Sawit Ketimbang Jumlah Pabrik, Jambi Butuh Tambahan 12 Pabrik Kelapa Sawit

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Ir. Agusrizal. (foto: ist)


Jambi, elaeis.co – Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Ir. Agusrizal mengatakan, total perusahaan kelapa sawit yang ada sekarang di Provinsi mencapai 82 perusahaan atau Pabrik Kelapa Sawit (PKS).

“Sekarang 82 PKS," kata Agusrizal kepada elaeis.co pada Sabtu, 2 Desember 2023.

Dari total 82 PKS ini, jumlah PKS terbanyak ada di Kabupaten Muarojambi yang tergabung dalam grup seperti PTPN 6, Asian Agri, Astra, Sinar Mas, Bakrie, Makin, Wilmar, Felda, dan sejumlah PKS yang tidak tergabung dalam grup.

Sayangnya, menurut Agusrizal, dari 82 PKS tersebut, hampir setengahnya tidak memiliki kebun inti. Tepatnya 35 PKS yang tak punya kebun inti. Soal ini PKS disebut banyak menerapkan pola kebun plasma atau kemitraan dengan kebun-kebun petani sawit di sekitarnya, yang kemudian disepakati pola bagi hasil dengan petani.

Sementara, kata Agusrizal, dari total luasan kebun sawit berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2022, sudah mencapai 1.237.272 hektare.

Dengan total luas kebun sawit swadaya di Jambi yang mencapai angka kurang lebih 600.000 hektare lebih dan luas kebun inti perusahaan yang nilainya kurang lebih 500.000 hektare.

"Sementara berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 833 tahun 2019 hanya seluas 1.134.640 hektare," tuturnya.

Akan tetapi, masih menurut Agusrizal, produksi sawit dari kebun-kebun itu belum mampu diakomodir secara maksimal mengingat terbatasnya jumlah PKS. Sebab, akumulasi produksi pada tahun 2022 ada sebesar 1,6 juta ton Tandan Buah Segar (TBS).

Oleh karena itu, Agusrizal menilai, butuh penambahan PKS adalah hal yang sangat perlu. Terlebih lagi apabila kegiatan replanting dilakukan, akan terjadi peningkatan produksi sebesar 30 persen. "Perlu penambahan PKS, minimal 100 PKS," ujarnya.

Dia juga mengatakan bahwa kekurangan PKS saat ini berdampak buruk bagi petani sawit.

"Persaingan harga sangat kuat, karena permintaan sedikit, bahan baku yang tersedia sangat banyak. Sama halnya dengan hukum pasar," tutur Agusrizal.

Komentar Via Facebook :