Berita / Sumatera /
Jalin Kesepakatan dengan WSSI
Kades Buatan I: Tak Perlu Koordinasi dengan Camat
Siak, Elaeis.co - Penghulu Kampung (Kades) Buatan I, Ali Parmidi mengatakan tidak perlu koordinasi dengan Camat Koto Gasib untuk menjalin kesepakatan kerjasama dengan PT Wana Subur Sawit Indah (WSSI).
Sebelumnya pada Agustus lalu, Penghulu Kampung Buatan I dan Buatan II mendatangi kesepakatan kerjasama dengan PT WSSI di Hotel Grand Central Pekanbaru. Penandatanganan tidak melibatkan pemerintah Kecamatan Koto Gasib. Hanya beberapa orang dari dua kampung tadi yang dihadirkan.
"Iya, tak ada Camat. Dari pihak masyarakat yang menandatangani kerjasama itu, saya, Penghulu Kampung Buatan II, Bapekam Buatan I dan II, tokoh masyarakat Juani Saris serta tokoh masyarakat Buatan II, Roby Cahyadi," kata Ali dikonfirmasi Elaeis.co, pada Rabu (18/8) malam kemarin via telepon seluler.
"Kapasitas Roby waktu itu bukan Anggota DPRD Siak, melainkan tokoh masyarakat. Sementara, dari pihak perusahaan yang menandatangani, Kuasa Direktur PT WSSI, Julio Sembiring," tambahnya.
Ali mengatakan, tidak melibatkan Camat dalam pertemuan itu bukan tanpa alasan. Dia ingin mencoba menyelesaikan permasalahan dengan Penghulu Buatan II dan melaporkan hasilnya ke Camat.
"Kami coba dulu dengan perusahaan, hasilnya baru kita serahkan ke Camat dan Pemkab Siak," kata dia.
Namun, hingga saat ini hasil pertemuan itu juga belum diserahkan. Ali beralasan karena waktunya belum tepat. "Belum sempat. Belum ada waktu. Kadang saya tak ada waktu, kadang Pak Camat sibuk. Rencananya, pekan depan diserahkan ke Pak Camat," kata dia.
Ia mengaku, Camat Koto Gasib Dicky Sofyan pernah meminta hasil kesepakatan itu kepada Penghulu Kampung Buatan II Junaidi. Namun, Ali meminta kepada Junaidi untuk tidak menyerahkannya.
"Jadi, Pak Camat telepon Junaidi minta hasil kesepakatan itu. Junaidi sampaikan ke saya. Tapi saya bilang ke Junaidi, sekalian saja nanti kita serahkan ke Pak Camat. Biar langsung kita ceritakan hasil kesepakatan tersebut," kata dia.
Ali menjelaskan, pertemuan di Hotel Grand Central tersebut inisiasi dari tokoh masyarakat Buatan I dan Buatan II. Sebelumnya, semua orang yang hadir dalam pertemuan di Pekanbaru, juga duduk bersama dengan pihak perusahaan di salah satu rumah makan di Kecamatan Koto Gasib.
"Jadi, yang menjebatani kita awalnya Bang Fahmi. Beliau ini salah satu tokoh di Koto Gasib. Dia lah motornya. Dia merasa kasian melihat polemik antara masyarakat dengan perusahaan. Karena ada niat baik dari perusahaan, tentu kita sambut," kata dia.
Saat disinggung kenapa penandatanganan kerjasama dilakukan di Pekanbaru dan tidak melibatkan Kampung Rantau Panjang dan Sri Gemilang, sementara lahan PT WSSI berada di empat wilayah tersebut. Ali menyebut, soal kedua kampung tidak dilibatkan tidak tahu.
"Nah, kalau kenapa dua kampung itu tidak dilibatkan, saya tidak tahu. Kalau soal kenapa di Pekanbaru lokasi penandatanganannya, itu hasil kesepakatan pertemuan di rumah makan. Kalau soal pendanaan acara itu, saya tidak tahu dari mana sumbernya. Mungkin, perusahaan atau ada donaturnya. Tapi, biaya saya selama di Pekanbaru, duit saya sendiri. Saya nginap tidak di Grand Central tempat pertemuan. Saya di hotel lain. Tidak ada duit di kasih perusahaan," kata dia.
Ali mengatakan, dalam draf yang dibikinkan perusahaan, ada banyak poin yang akan dilakukan perusahaan untuk masyarakat Kampung Buatan I dan Buatan II.
"Banyak, tapi poin yang terpenting itu plasma dan dana kontribusi untuk kampung dari kayu akasia sebesar Rp30 ribu per ton. Dan itu kita sepakati. Sebab, saya yakin kali ini PT WSSI menepati janjinya," kata dia.
Komentar Via Facebook :