Berita / Nusantara /
Kalau tak Ada Sawit, 163,37 Juta Hektar Hutan Bakal Dibabat
Jakarta, Elaeis.co - Sekelompok kecil pihak tertentu, termasuk Uni Eropa (UE), kerap memakai isu penggundulan hutan atau deforestasi untuk menyudutkan perkebunan kelapa sawit. Untuk memperkuat tuduhannya, UE bahkan mengeluarkan kebijakan Perubahan Penggunaan Lahan Secara Tak langsung atau Indirect Land Use Change (ILUC).
Namun, benarkah tuduhan perkebunan sawit membutuhkan banyak lahan untuk menghasilkan banyak minyak sawit? Hasil penelitian dari sejumlah lembaga kredibel justru membuktikan kalau tuduhan itu keliru dan tidak punya dasar sama sekali.
"Malah dunia akan kehilangan lahan, termasuk kawasan hutan, yang sangat luas jika perkebunan kelapa sawit tidak diikutkan dalam mengisi kebutuhan minyak nabati secara global. Kami mencatat, industri minyak nabati di luar sawit akan membutuhkan lahan setidaknya 163,37 juta hektar agar bisa memenuhi kebutuhan minyak nabati global di tahun 2030," kata Dr Forst Ir Bambang Irawan SP Msc Forst Trop IPU.
Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Jambi (Faperta UNJA) ini mengungkapkannya dalam webinar Palm O'Corner yang diselenggarakan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian UNJA, Sabtu (23/10/2021).
Ia mengungkapkan, luasan lahan hingga ratusan juta hektar itu berdasarkan penelitian sejumlah pihak yang independen seperti Biodiversity and Land uses Transformation System (Blast) UNJA, Institut Pertanian Bogor (IPB), Heiko Faust, dan organisasi lainnya.
Sementara jika mengikutkan perkebunan sawit, pihaknya mencatat dunia akan membutuhkan luasan lahan di bawah 250.000 hektar untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati global di tahun 2030.
Selain soal lahan, pihaknya juga meneliti tingkat konsumsi pupuk dan pestisida seluruh jenis tanaman nabati per tahun untuk periode tahun 2020-2030.
Untuk perkebunan sawit di Indonesia, pihaknya mencatat sampai tahun 2030 dibutuhkan sekitar 30 juta ton pupuk, perkebunan kedelai Brazil butuh 34,4 juta ton pupuk, perkebunan bunga matahari Ukraina butuh 75 juta ton pupuk, dan perkebunan rapeseed di Uni Eropa butuh 100 juta ton pupuk.
Lalu untuk konsumsi pestisida perkebunan sawit di Indonesia hanya membutuhkan pestisida per tahun di bawah 500.000 kg sampai tahun 2030. Sementara perkebunan bunga matahari dan rapeseed membutuhkan pestisida yang volumenya terus naik tiap tahun.
Bambang mengatakan, di tahun 2020 saja rapeseed dan bunga matahari membutuhkan pestisida di atas 500.000. Jumlah ini meningkat setiap tahun dan di tahun 2030 diperkirakan kedua perkebunan ini butuh pestisida hingga lebih satu juta kilogram.
Yang lebih mengerikan adalah perkebunan kacang kedelai atau soyabean yang di tahun 2020 membutuhkan pestisida hampir 2 juta kilogram dan di tahun 2030 diperkirakan membutuhkan lebih dari 3 juta kilogram.
Melihat hasil penelitian itu, Bambang justru menyebutkan seluruh isu negatif yang dilakukan sekelompok anti sawit terhadap perkebunan kelapa sawit menjadi tidak relevan sama sekali.
Komentar Via Facebook :