Berita / Sumatera /
Kasus Korupsi Timah Hantam Industri Sawit Babel, Begini Dampaknya
Jakarta, elaeis.co - Korupsi timah yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menimbulkan dampak negatif pada ekonomi daerah tersebut. Penyitaan aset smelter oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) membuat banyak masyarakat tidak bisa menjual hasil tambangnya. Akibatnya, daya beli ambruk karena masyarakat tidak memiliki uang cukup untuk berbelanja. Sektor ritel sebagai penanda daya beli juga terasa anjlok.
"Sebagai wilayah yang mengandalkan sumber daya alam (SDA), ketika industrinya lagi turun, ya ikut turun juga perekonomiannya," kata Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah dalam keterangannya dikutip Selasa (15/10).
Menurutnya, tren serupa juga terjadi di wilayah lain yang mengandalkan SDA untuk hidup seperti Kalimantan. Di Kalimantan, di saat penjualan batu bara bagus maka penjualan ritel juga bagus. “Jadi daerah tertentu seperti Babel dengan timah, Kalimantan dengan batubara dan Makassar kalau panen kopi, pala, itu penjualan naik. Jadi memang mengikuti pendapatan dari penjualan hasil bumi," paparnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Babel, Elius Gani mengungkapkan, sejumlah perusahaan sawit yang kepemilikannya terkait dengan tersangka kasus korupsi timah ditutup dan rekeningnya diblokir. Akibatnya sejumlah perusahaan kesulitan membayar hak karyawan dan banyak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Kalau dibandingkan dengan angka tahun lalu, ada 38 pekerja yang di-PHK. Saat ini 1.527 orang kena PHK. Ada lonjakan signifikan karena adanya perusahaan smelter yang tutup sebagai akibat dari penertiban tata kelola timah," ungkapnya.
Dia menambahkan, ekonomi Kepulauan Babel triwulan II-2024 terhadap triwulan II-2023 (y-on-y) tumbuh sebesar 1,03%. Namun melambat dibandingkan capaian kuartal II-2023 yang tumbuh sebesar 5,13%. Indikator ekonomi adalah salah satu indikator yang menunjang peluang kerja. Dia menyebutkan, peluang kerja saat ini tidak banyak yang bisa ditawarkan.
"Untuk sektor timah ada 6 smelter yang ditutup, termasuk juga ada beberapa perusahaan yang terafiliasi dengan smelter itu. Di luar smelter ada 8, sehingga total 14 usaha yang ditutup. Pekerja terkena PHK dari usaha ini sebanyak 1.372 orang," bebernya.
Kalangan pelaku usaha menilai tata kelola timah harus dikembangkan dengan baik. Ketua Harian Asosiasi Ekspor Timah Indonesia (AETI) Eka Mulya Putra menyebutkan, penurunan kinerja ekspor selain dampak dari pengusutan tindak pidana korupsi timah, juga diakibatkan sedikitnya RKAB yang disetujui.
"Akibatnya realisasi RKAB tidak maksimal. Dan ekonomi Babel pun melambat. 80% ekspor Babel berasal dari timah, sedangkan 60% ekonomi Babel digerakkan oleh perdagangan timah," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :