Berita / Bisnis /
Perdagangan Global
Kata GAPKI, Harga Minyak Sawit Naik, tapi Ekspor Merosot
Jakarta, elaeis.co - Perkembangan bisnis minyak sawit di bulan Maret, baik di dalam maupun luar negeri, nampak sangat dinamis dibanding bulan sebelumnya.
Hal ini terlihat dari perkembangan harga minyak sawit dunia, jumlah produksi dan konsumsi di dalam negeri Indonesia.
Untuk perdagangan di tingkat global, misalnya, Direktur Eksekutif gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono, dalam keterangan resmi yang diperoleh elaeis.co, Kamis (19/5/2022), menyebutkan rata-rata harga minyak sawit dunia pada bulan Maret sebesar US$ 1.813/ton, CIF Rotterdam naik US$ 291 dari harga bulan Februari sebesar US$ 1.522.
"Harga rata-rata KPB FOB untuk bulan Maret adalah US$ 1.151/ton atau Rp 16.510/kg, naik US$ 69 dari harga bulan Februari sebesar US$ 1.082/ton atau Rp 15.532/kg," kata Mukti.
Dengan harga tersebut, nilai ekspor produk minyak sawit bulan Maret mencapai US$ 3.513 juta naik US$ 713 juta dari bulan Februari sebesar US$ 2.799 juta.
Sekadar informasi, CIF adalah singkatan dari cost, insurance, and freight atau biaya, asuransi, dan kargo.
CIF merupakan bagian dari istilah komersial internasional atau international commercial terms (incoterms).
Penyerahan barang dengan CIF dilakukan di atas kapal, tetapi ongkos angkut dan premi asuransi sudah dibayar oleh penjual sampai ke pelabuhan tujuan, dengan begitu penjual wajib untuk mengurus formalitas ekspor.
Mukti menambahkan, volume ekspor di bulan Maret sebesar 2.018 ribu ton atau 80 ribu ton lebih rendah dari ekspor bulan Februari sebesar 2.098 ribu ton.
Kata dia, penurunan terbesar terjadi pada produk refined palm oil (RPO) dari 1.687 ribu ton pada bulan Februari menjadi 1.549 ribu ton pada bulan Maret dan oleokimia dari 298 ribu ton pada bulan Februari menjadi 342 ribu ton pada bulan Maret.
"Tujuan ekspor yang mengalami penurunan terbesar adalah Rusia yang turun dengan 50% diikuti oleh Malaysia yang turun 41% dan Belanda yang turun dengan 33%," kata Mukti.
Namun konsumsi di dalam negeri pada bulan Maret justru mencapai 1.507 ribu ton, naik dari 1.377 ribu ton pada bulan Februari.
Kenaikan terbesar terjadi untuk keperluan pangan yang naik menjadi 635 ribu ton dari 489 ribu ton pada bulan Februari atau surplus 146 ribu ton.
"Konsumsi untuk oleokimia relatif tetap sedangkan konsumsi untuk biodiesel sedikit turun menjadi 697 ribu ton dari 710 ribu ton pada bulan Febuari," kata Mukti.
Lalu, produksi pada bulan Maret naik menjadi 3.782 ribu ton untuk CPO dan 368 ribu ton untuk PKO dari 3.505 ribu ton untuk CPO pada bulan Februari dan 329 ribu ton untuk PKO karena faktor musiman.
Pihaknya melihat kenaikan produksi yang cukup tinggi sangat melegakan setelah stagnan untuk periode yang cukup panjang.
Dengan produksi, konsumsi dalam negeri, dan ekspor itu, maka stok minyak sawit naik di akhir Maret naik dari 5.042 ribu ton menjadi 5.683 ribu ton.
Komentar Via Facebook :