https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Katalis Merah Putih, Calon Dewa Penyelamat Petani Sawit

Katalis Merah Putih, Calon Dewa Penyelamat Petani Sawit

Presiden Joko Widodo saat memberikan apresiasi kepada para pakar katalis Merah Putih dari Teknik Kimia ITB yang diwakili oleh Prof Dr Ir Subagjo (foto sebelum pandemi Covid-19/Dok.Biro Pers, Media, da


Medan, Elaeis.co - Sejumlah guru besar dan pakar di Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (TK-ITB), diantaranya Prof Subagio, Prof Makerti, dan Dr Melia, menciptakan katalis Merah Putih. Produk tersebut diharapkan bisa memutus ketergantungan Indonesia terhadap katalis impor.

“Kami dari praktisi sawit melihat katalis Merah Putih akan mampu menjadi ‘dewa penyelamat’ bagi seluruh petani sawit di tanah air. Karena itu perlu daya dobrak para gerilyawan sawit untuk menjadikan petani sawit dari objek menjadi subjek,” kata Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga, dalam sebuah webinar yang digelar alumni TK-ITB baru-baru ini.

Katalis Merah Putih dibuat dari limbah minyak sawit. Dalam laman itb.ac.id, Prof Subagjo menceritakan awal mula penelitian tentang katalis tersebut dilakukan pada tahun 1982. Ketika itu ia baru menyelesaikan pendidikan S3 di Prancis, diminta mentornya yang juga profesor di ITB untuk membuat penelitian agar limbah minyak kelapa sawit yang dibuang di Medan bisa dimanfaatkan.

Akhirnya terciptalah katalis yang berguna dalam pembuatan produk pengganti minyak berbahan fosil. Jika awalnya dibuat dari limbah minyak kelapa sawit, sudah dikembangkan agar buah sawit bisa langsung dijadikan sebagai bahan baku katalis Merah Putih.

Sahat menyadari pasti banyak pihak yang tidak senang dengan penguatan posisi petani sawit jika katalis Merah Putih benar-benar bisa menyerap produksi TBS. Tetapi ia juga mengakui, penguatan posisi petani juga bukan sesuatu proses yang mudah. Bahkan petani sawit sendiri bisa jadi tidak akan mudah percaya bila tidak ada role model yang bisa dijadikan patokan.

“Kita perlu mengubah konsep individualisme dalam dunia petani sawit menjadi model korporatisme.Tetapi tentu saja kita perlu model karena rakyat kita susah percaya akan hal baru, namun sangat jago dalam hal tiru meniru,” ujar pria yang juga aktif di Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) itu.

Untuk itu, ia menyarankan perlu kerja sama yang erat dengan sejumlah pihak untuk menjadikan katalis Merah Putih sebagai penyelamat bagi petani sawit, terutama antara Kementerian Perindustrian, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dan pemerintah daerah.

“Juga kerja sama dengan Kemendikbud Ristek, Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Tentu saja diajak juga para petani sawit yang tergabung dalam Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO),” tukasnya.

Semua pihak itu, kata Sahat, perlu membuat model atau percontohan industri Bio-Hidrokarbon berbasis dan saling terintegrasi antara hulu dan hilir.

Komentar Via Facebook :