https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Kebunnya Paling Luas, Capaian PSR nya Cuma Ketiga

Kebunnya Paling Luas, Capaian PSR nya Cuma Ketiga

kebun sawit hasil PSR di Sungai Lilin, Sumsel. foto: aziz


Jakarta, elaeis.co - Meski Riau menjadi provinsi dengan kebun kelapa sawit terluas di Indonesia; mencapai 3.387.206 hektar --- setara dengan 20,68% dari 16,38 juta hektar total luas kebun kelapa sawit Indonesia --- bukan berarti Riau juga penerima program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) terbanyak. 

Provinsi penghasil migas terbesar di Indonesia ini justru disalib oleh Sumatera Selatan (Sumsel) dan Aceh. 

Ini kelihatan dari data yang disodorkan oleh Direktur Utama Badan Pengelola Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, lima hari lalu. 

Di paparan setebal 40 halaman yang dapat elaeis.co itu Eddy merinci bahwa sepanjang program PSR berjalan dari 2016-2021, Sumsel sudah kebagian duit lebih dari Rp1,276 triliun untuk meremajakan 47.369 hektar kebun milik 19.675 pekebun.

Di posisi kedua ada Aceh dengan perolehan Rp838 miliar lebih untuk meremajakan 30.821 hektar milik 13.615 pekebun. 

Riau menjadi urutan ketiga dengan perolehan Rp761 miliar lebih untuk meremajakan kebun seluas 28.418 hektar milik 11.774 pekebun.

Sumatera Utara (Sumut) yang dikenal sebagai daerah perkebunan kelapa sawit tertua menduduki posisi ke-4 dengan perolehan duit Rp613 miliar lebih untuk meremajakan 22.017 hektar kebun milik 9.912 pekebun. 

Dari empat besar penerima dana PSR ini, hanya Aceh yang tidak didatangi Presiden Jokowi saat penanaman perdana. 

Mula-mula Jokowi justru datang ke Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel pada Oktober 2017. 

Sebulan kemudian di tahun yang sama, Jokowi datang ke Dolok Masihul Serdang Bedagai Sumut, untuk penanaman perdana.   

Setahun kemudian persis Mei 2018, Jokowi datang ke kawasan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir, Riau, untuk penanaman perdana.  

Belum didapat cerita yang pasti kenapa Riau hanya bisa menduduki posisi ketiga penerima duit PSR. Meski begitu, penyebab komposisi perolehan itu tak lepas dari ramainya klaim kawasan hutan di daerah itu, atau pemerintah daerahnya yang enggak ngeh dengan program PSR itu. 



  

 

 

Komentar Via Facebook :