https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Kedelai Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran

Kedelai Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran

Pekerja menggiling kedelai untuk membuat tahu. Foto: Warta Kota/Muhammad Azzam


Medan, elaeis.co - Harga kedelai di Kota Medan makin melambung. Pada Selasa (22/2/2022) sore, harga kedelai naik tajam dari sebelumnya Rp 11.000/kg menjadi Rp 14.000/kg.

Gunawan Benjamin, seorang analis ekonomi, mengatakan, lonjakan harga itu sangat memberatkan usaha tahu dan tempe. Ia ingat benar, tahun 2020 harga kedelai pernah mencapai Rp 7.200/kg dan hal itu dikeluhkan para pengusaha tahu tempe.

"Bayangkanlah, harga segitu saja dikeluhkan pelaku UMKM tahu dan tempe. Konon lagi dengan harga Rp 14.000/kg, pasti mereka bukan lagi mengeluh, tapi menjerit," kata anggota Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) Sumut ini kepada elaeis.co, Rabu (23/2/2022).

Ia memprediksi para pengusaha akan mengubah ukuran tahu dan tempe untuk menyiasati beban biaya produksi. Hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya, yakni pada bulan Februari 2021 sebagai imbas kenaikan harga kedelai sepanjang tahun 2020.

Ia merasa wajar jika UMKM tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi. Apalagi kenaikan harga kedelai dikhawatirkan semakin menyeret lebih dalam kenaikan harga bahan pokok lain yang memang sudah naik akibat imbas harga minyak goreng yang tak terkontrol.

Selain itu, Gunawan juga khawatir pengusaha tahu dan tempe di Kota Medan akan memecat pekerjanya. "Setahu saya, di Medan jumlah pengusaha tahu dan tempe sekitar 70-an usaha yang tergabung dalam kelompok atau koperasi," katanya.

Jika satu kelompok usaha level UMKM itu punya 5 sampai 15 karyawan, kalau terjadi PHK, sekitar 350 sampai 1.000 orang akan kehilangan pekerjaan sebagai imbas kenaikan harga kedelai.

Ia meminta pemerintah untuk mengantisipasi hal ini. Untuk jangka pendek, solusinya adalah menyubsidi harga kedelai. Lalu untuk jangka menengah, ia menyarankan pemerintah melakukan pembelian kedelai secara berjangka di pasar internasional.

"Sedangkan jalan keluar jangka panjang, harus swasembada kedelai walau ini bukan perkara yang mudah. Apalagi kedelai dari negara lain memiliki keunggulan komparatif," tukasnya. 


 

Komentar Via Facebook :