https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Kejar Deadline ISPO, Pelatihan Petani Sawit Diharapkan Diperbanyak

Kejar Deadline ISPO, Pelatihan Petani Sawit Diharapkan Diperbanyak

Petani memanen sawit dengan menerapkan standar ISPO. foto: MC Siak


Tanah Grogot, elaeis.co - Pemerintah mewajibkan semua perkebunan kelapa sawit rakyat tersertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) paling lambat tahun 2025 mendatang. Namun banyak pihak pesimis deadline alias tenggat waktu itu akan tercapai.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Djoko Bawono mengatakan, masih banyak petani/pekebun yang membutuhkan pelatihan budidaya agar kompetensinya meningkat dan bisa memenuhi kriteria yang diminta ISPO maupun sertifikasi Riundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

"Pelatihan yang sifatnya teknis budidaya, panen, paska panen, dan sebagainya, sangat penting.
Ini merupakan bagian dari upaya untuk memudahkan petani mengikuti sertifikasi ISPO maupun RSPO," katanya beberapa hari lalu.

Menurutnya, animo para petani sawit di daerah itu sangat tinggi apabila pemerintah menggelar pelatihan. Sayangnya, tidak semua petani bisa diakomodir mengikuti pelatihan sekaligus.

Seperti pelatihan teknis panen dan paska panen yang diselenggarakan pada 31 Juli hingga 5 Agustus 2023 lalu di Kota Balikpapan, kapasitas pesertanya hanya 55 orang. Kegiatan ini merupakan Program Pengembangan SDM Perkebunan Kelapa Sawit yang dilaksanakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementerian Pertanian bekerja sama dengan PT Citra Widya Education.

"Pesertanya semua dari Kabupaten Paser. Ada yang dari Desa Tajur Kecamatan Long Ikis, Laburan Baru Kecamatan Pasir Belengkong, ada juga yang dari Kuaro, serta 4 orang penyuluh," ungkapnya.

Karena pesertanya terbatas, Djoko berharap BPDPKS dan Ditjenbun menjadwalkan lagi pelatihan serupa bagi petani sawit di Paser. "Semoga untuk pelatihan pengembangan SDM berikutnya, jumlah peserta maupun materinya bisa ditambah," harapnya.

Menurutnya, pelatihan sangat bermanfaat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para petani sawit. "Yang selama ini melakukan panen asal-asalan, sekarang sudah tahu teknik dan syarat buah yang layak panen. Begitu pula penanganan buah paska panen agar diterima dengan baik oleh pabrik," tukasnya.

"Semoga ilmu yang didapat petani dalam pelatihan diterapkan di kebun masing-masing dan ditularkan ke petani sawit lainnya," tambahnya.

Pejabat Direktorat Perlindungan Perkebunan Ditjenbun, Herly Kurniawan, juga menilai masih perlu dilakukan berbagai pelatihan untuk meningkatkan SDM petani sawit. Hal ini mengingat masih rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat.

"Life skill petani, atau keterampilan untuk menghadapi tuntutan dan tantangan budidaya sawit, masih rendah. Inilah pentingnya pelatihan. Kemampuan SDM sangat penting dalam pengelolaan perkebunan yang berkelanjutan, harus handal dan kompeten untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen," jelasnya.
 

Komentar Via Facebook :