Berita / Sumatera /
Kelangkaan Solar Subsidi di Bengkulu Bikin Petani Sawit Menjerit, Kok Bisa?
Bengkulu, elaeis.co - Meski pemerintah daerah telah menetapkan harga TBS tertinggi ditingkat pabrik Rp 1.511/kg, namun di daerah Provinsi Bengkulu masih ada harga jual TBS petani hanya Rp900/kg.
Hal tersebut disebabkan karena banyak pengepul TBS atau Loading RAM mengeluarkan biaya angkut yang cukup mahal hingga sampai ke pabrik kelapa sawit (PKS).
Pemilik salah satu Loading RAM di Bengkulu, Berlian Utama mengatakan, biaya angkut TBS saat ini naik hingga 30 persen. Kenaikan ini disebabkan karena harga solar non subsidi juga naik mulai 3 Agustus 2022 lalu.
"Harga solar non subsidi naik, jadi untuk menutupi kerugian, kami turunkan harga pembelian TBS," kata Berlian saat berbincang dengan elaeis.co, Rabu (17/8).
Berlian mengatakan, jika mengandalkan solar subsidi maka kendaraan operasional tidak akan jalan. Sebab solar subsidi di Bengkulu saat ini telah mengalami kelangkaan sejak awal Agustus 2022.
Sementara TBS kelapa sawit harus cepat diantar ke PKS. Jika tidak, maka buah kelapa sawit yang telah dikumpulkan akan busuk dan PKS akan menolaknya.
"Tidak mungkin menunggu solar subsidi. Sementara buah sawit harus diantar, tak mungkin di jual busuk," kata dia.
Nah, karena itu lah maka Berlian membeli solar non subsidi jenis Dexlite. Dimana harga BBM jenis ini mencapai Rp 18.500/liter. Harga tersebut terbilang cukup mahal dibandingkan harga solar subsidi yang mencapai Rp 5.500/liter.
"Karena kita pakai solar non subsidi, makanya kami beli TBS di petani dengan harga lebih rendah dari harga ditingkat pabrik," ujarnya.
Komentar Via Facebook :